Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: Terjadi 5 Kali Gempa Susulan di Maluku Utara

Kompas.com - 07/06/2020, 13:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pada Kamis (4/6/2020) pukul 15.49, Maluku Utara diguncang gempa berkekuatan magnitudo 6,8 dengan kedalaman 111 km. Kini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan adanya gempa susulan di kawasan tersebut.

Hasil monitoring pada Minggu (7/6/2020) menunjukkan adanya akivitas gempa susulan sebanyak lima kali.

Guncangan gempa susulan terbesar berkekuatan magnitudo 4,8 dan terkecil magnitudo 2,9. Gempa susulan terakhir tercacat pada pukul 10.58 WIB dengan kekuatan magnitudo 3,9.

Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan minimnya jumlah aktivitas gempa susulan di Morotai disebabkan karena karakteristik batuan pada Lempeng Laut Filipina sangat homogen dan elastis (ductile).

"Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan yang terjadi di Morotai sangat sedikit," katanya dalam keterangan tertulis, Minggu (7/6/2020).

Hasil monitoring BMKG selama Mei 2020 sudah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas seismisitas khususnya untuk aktivitas gempa menengah di kedalaman sekitar 100 km di wilayah Morotai. Sehingga wajar jika di zona aktif gempa yang terjadi sebulan sebelumnya, kini terjadi gempa kuat.

Baca juga: Waspada Sesar Aktif Gempa Bumi di Aceh, Begini Analisis BMKG

Wilayah Morotai Maluku Utara merupakan salah satu kawasan seismik aktif di Indonesia. Lokasi Pulau Morotai bersebelahan dengan zona subduksi Lempeng Laut Filipina.

Di sebelah timur Pulau Halmahera melintas subduksi Lempeng Laut Filipina yang berarah utara-selatan dengan panjang mencapai sekitar 1.200 km, dari Pulau Luzon, Filipina, di Utara hingga Pulau Halmahera di selatan.

"Zona subduksi aktif ini memiliki laju penunjaman lempeng antara 10-46 milimeter per tahun," jelas Daryono.

Zona megathrust Lempeng Laut Filipina adalah ancaman terjadinya bencana gempa dan tsunami yang potensial bagi wilayah Maluku Utara Khususnya Halmahera, Morotai, dan Kepulauan Talaud.

Khusus segmen zona megathrust di Pulau Halmahera memiliki target magnitudo 8,2. Jika aktivitas gempa Kamis lalu berkekuatan magnitudo 6,8, maka masih jauh lebih kecil dari magnitudo tertargetnya.

Daryono menjelaskan, catatan sejarah gempa menunjukkan bahwa di wilayah Maluku Utara sudah sering kali terjadi gempa kuat dan merusak yang dipicu tunjaman Lempeng Laut Filipina.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,0 Guncang Maluku Utara, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa merusak Kepulauan Talaud pada 23 Oktober 1914 dengan kekuatan magnitudo 7,4. Gempa merusak Halmahera pada 27 Maret 1949 dengan magnitudo 7,0.

Lalu gempa merusak Kepulauan Talaud pada 24 September 1957 dengan magnitudo 7,2. Pada 9 September 1966 gempa merusak Halmahera Utara dan Morotai dengan magnitudo 7,7.

Gempa juga merusak Kepulauan Talaud pada 30 Januari 1969 dengan magnitudo 7,6. Serta gempa merusak Maluku Utara dan Morotai pada 26 Mei 2003 dengan magnitudo 7,0.

Catatan sejarah 6 gempa kuat dan merusak tersebut, merupakan bukti bahwa zona Megathrust pada tunjaman Lempeng Laut Filipina, khususnya Segmen Halmahera-Talaud menjadi salah satu sumber gempa yang patut diwaspadai dan tidak boleh diabaikan.

"Tunjaman Lempeng Laut Filipina ini selamanya akan menjadi sumber gempa potensial di wilayah Halmahera, Morotai dan Kepulauan Talaud," kata Daryono.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com