Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isi Perut Dinosaurus Pemakan Tumbuhan Terungkap, Seperti Apa?

Kompas.com - 03/06/2020, 20:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber Newsweek


KOMPAS.com- Selama ini penelitian-penelitian mengenai bagaimana kehidupan dinosaurus ketika masih berada di muka Bumi telah banyak dilakukan. Tapi sepertinya, para ahli masih sedikit mengetahui secara detil perihal makanan yang mereka konsumsi.

Kini lewat sebuah temuan fosil dinosaurus herbivora, peneliti berhasil mengungkap apa saja yang dimakan dinosaurus tersebut sebelum punah sekitar 110 juta tahun yang lalu.

Pada 2011, penambang secara tak sengaja menemukan sisa fosil spesies Borealopelta markmitchelli, sejenis nodosaurus di dekat Fort McMurray, Alberta, Kanada.

Menariknya, bagian perut dari dinosaurus itu masih dalam kondisi bagus yang memungkinkan para ahli untuk menelitinya.

Baca juga: Peneliti Ungkap Kedahsyatan Asteroid yang Musnahkan Dinosaurus

Setelah penemuan itu, tim ilmuwan Kanada dari Royal Tyrrell Museum of Palaeontology, Brandon University, dan University of Saskatchewan mulai menyelidiki spesimen dengan isi perut terawetkan tersebut.

"Temuan isi perut dinosaurus yang terawetkan sangat langka dan spesimen yang ditemukan ini merupakan perut dinosaurus paling awet yang pernah ditemukan hingga kini," ungkap Jim Basinger, salah satu peneliti yang terlibat dalam studi, seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (3/6/2020).

Dari hasil penelitian, para ahli berhasil mengungkap jika makanan terakhir nodosaurus hampir seluruhnya terdiri dari tanaman jenis pakis.

Baca juga: Kanibalisme Antar Spesies Dinosaurus Karnivora Pernah Terjadi, Ini Buktinya

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Royal Society Open Science tersebut pun memberikan wawasan paling detail tentang diet herbivora besar yang hidup lebih dari 110 juta tahun yang lalu.

"Makanan terakhir dinosaurus herbivora itu 88 persen terdiri dari daun dan sisanya batang serta ranting," tambah David Greenwood, peneliti lain dalam studi.

Ia menambahkan, para ahli terkejut saat memeriksa bagian tipis isi lambung dengan mikroskop karene menemukan sisa-sisa tanaman yang terawetkan dengan baik. Selama ini para peneliti bahkan tidak bisa menemukan sisa tanaman pakis yang terawetkan pada bebatuan.

Selain itu juga, analisis isi lambung menunjukkan bahwa dinosaurus merupakan pemilih makanan. Sebagian besar tanaman yang ditemukan adalah jenis pakis tertentu yang dikenal sebagai leptosporangiates.

Tak hanya soal makanan saja, peneliti menemukan informasi baru terkait adaptasinya dengan ekologi api. Terbukti dari temuan arang dalam isi perut dinosaurus, menunjukkan bahwa hewan tersebut hidup di lingkungan yang rentan terhadap kebakaran hutan.

"Ada banyak arang tertinggal di sisa-sisa tanaman, menunjukkan bahwa hewan itu sedang mencari makan di daerah yang baru terbakar. Pakis memang sering muncul di lanskap yang terbakar," papar Greenwood.

Baca juga: Peneliti Ungkap Kedahsyatan Asteroid yang Musnahkan Dinosaurus

Berkat sisa tanaman pula, ilmuwan dapat memperkirakan waktu kematian dinosaurus yang terjadi tak lama setelah makan terakhir itu berlangsung.

Makanan terakhir dan kematian dinosaurus itu terjadi pada akhir musim semi hingga pertengahan musim panas.

Dinosaurus itu mungkin tenggelam karena banjir dan tubuhnya tersapu ke laut pedalaman yang luas hingga mencapai area yang sekarang merupakan wilayah Alberta, Kanada.

Lumpur kemudian mengawetkan tubuh dinosaurus pemakan tumbuhan ini, hingga akhirnya ditemukan oleh pekerja tambah seratus juta tahun kemudian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com