Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Zaman Umar bin Khattab, Ada Imbauan untuk Hindari Zona Merah Wabah

Kompas.com - 03/06/2020, 08:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Tiap negara memiliki cara untuk menekan penyebaran Covid-19, yang disebabkan oleh virus corona jenis SARS-CoV-2. 

Lockdown, karantina wilayah, atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) adalah salah satunya. Pembatasan mobilitas manusia dari satu wilayah ke wilayah lain dinilai penting untuk mengurangi transmisi penyebaran virus.

Namun, tindakan menghindari untuk masuk ke wilayah zona terjangkit wabah rupanya telah dianjurkan oleh tokoh Islam sejak dulu. Hal itu diungkapkan oleh Peneliti Ahli Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Dr Endang Turmudi.

Endang yang juga merupakan mantan Sekretaris Jendral Nahdatul Ulama Periode 2004-2009 ini juga menyebutkan, contoh pencegahan terkait wabah seperti pandemi Covid-19 di wilayah terjangkit dan menghindari masuk ke zona merah telah dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab.

Wabah Tha'un (18 Hijriah)

Endang bercerita suatu hari di zaman khalifah Umar bin Khattab yaitu pada sekitar tahun 18 Hijriah, muncul sebuah penyakit yang disebut dengan wabah Tha'un di Damaskus.

Pada saat itu, khalifah Umar bermaksud untuk berkunjung ke Damaskus. Namun, di tengah perjalanan khalifah Umar in Khattab dicegat oleh pejabat dari wilayah Damaskus.

Tujuan pencegahan atau pencegatan khalifah Umar bin Khattab tersebut adalah menyampaikan bahwa di wilayah Damaskus sedang terjadi wabah Tha'un.

Baca juga: Bagaimana 5 Pandemi Terburuk Dunia Berakhir? Sejarah Mencatat

Endang berkata, wabah Tha'un pada masa itu bisa jadi seperti wabah Covid-19 saat ini. Hanya saja, ruang lingkup wilayah yang terdampak wabah Tha'un ketika itu tidak sebesar pandemi Covid-19.

Mendengar kabar tersebut, khalifah Umar bin Khattab berdiskusi dengan para sahabat lainnya. Alhasil, khalifah Umar bin Khattab memutuskan untuk memutar haluan dan kembali lagi ke Madinah.

Ia dan sebagian rombongannya tidak meneruskan perjalanan ke Damaskus. Akan tetapi, sebagian rombongannya yang lain tetap meneruskan perjalanan itu menuju Damaskus.

Anggota rombongan yang meneruskan perjalanan itu harus menerima risiko tinggi untuk dapat terpapar pula oleh wabah yang sedang menjangkiti wilayah Damaskus.

Baca juga: Pandemi Terburuk Sepanjang Sejarah, Flu Spanyol Infeksi Sepertiga Warga Dunia

Khalifah Umar bin Khattab kemudian ditanya oleh sahabat lainnya, kenapa ia menghindari takdir Allah SWT. Takdir yang dimaksudkan adalah berupa wabah yang sudah melanda wilayah Damaskus sebagai tempat yang seharusnya dikunjungi oleh khalifah Umar bin Khattab dan rombongannya ketika itu.

"Ya khalifah Umar bin Khattab ketika harusnya masuk ke Damaskus, dan karena wabah itu bisa jadi takdirnya meninggal, itu dianggap takdir," kata Endang dalam diskusi daring bertajuk 'Agama dan Publik Interest di Masa Pandemi Covid-19', Senin (18/5/2020).

Menanggapi pertanyaan sahabatnya itu, khalifah Umar bin Khattab menjawab bahwa ia menghindar dari satu takdir untuk menuju takdir yang lain.

"Sayyidina Umar menghindar dari wabah yang memang sudah ditakdirkan di Damaskus, tapi ia mencari takdir yang lain yaitu keselamatan," ujar Endang.

Baca juga: Virus Corona Pandemi Global, Ini 6 Pandemik Terburuk Sepanjang Sejarah

Oleh sebab itu, kata Endang, karena memang memang sudah ada tuntunannya, tidak heran di Indonesia ulama juga turut andil dalam ketentuan pemerintah dalam memberlakukan PSBB dan pencegahan lainnya transmisi Covid-19.

Seperti disampaikan oleh Abu Said al-Khudri, Rasulullah SAW pernah bersabda:

"Tidak boleh melakukan sesuatu yang berbahaya dan menimbulkan bahaya bagi orang lain." (hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com