Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Tanpa Tembakau Sedunia, WHO Ingatkan Rokok Memperparah Risiko Infeksi Covid-19

Kompas.com - 31/05/2020, 18:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

Sumber WHO

KOMPAS.com - Rokok masih menjadi persoalan kesehatan yang menyita perhatian dunia. Ini juga yang menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia setiap tanggal 31 Mei.

Tahun ini, Hari Tanpa Tembakau Sedunia bertepatan dengan adanya pandemi Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 6 juta orang di seluruh dunia. Ternyata, rokok dan Covid-19 juga saling berkaitan.

Menurut WHO, rokok menjadi penyebab dari infeksi saluran pernapasan dan ini bisa semakin parah ketika perokok terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona baru penyebab Covid-19. Virus ini menular dengan cepat dan menyerang paru-paru.

Baca juga: Buktikan Bahaya Kandungan Rokok Elektrik, Ini Hasil Risetnya

Tinjauan studi oleh para ahli kesehatan masyarakat yang diadakan WHO pada 29 April 2020 menemukan bahwa perokok lebih mungkin untuk mengalami keparahan jika terinfeksi Covid-19, dibandingkan dengan non-perokok.

Kebiasaan merokok sudah cukup merusak fungsi paru-paru, sehingga saat virus corona menginfeksi perokok maka tubuh akan lebih sulit untuk melawannya.

Disisi lain, rokok juga merupakan faktor utama dari penyakit tidak menular seperti diabetes, kanker, dan penyakit kardiovaskular, yakni gangguan jantung dan stroke. Orang dengan kondisi penyakit-penyakit tersebut berisiko mengalami gejala yang parah jika terinfeksi Covid-19.

"Penelitian itu menunjukkan bahwa perokok berisiko lebih tinggi terkena penyakit parah dan kematian," tulis WHO dalam keterangan resminya, Minggu (31/5/2020).

Baca juga: Ini Alasan Perokok Sangat Rentan Terinfeksi Covid-19

Saat ini, WHO terus mengevaluasi penelitian baru, termasuk penelitian yang juga berakitan dengan hubungan penggunaan tembakau, nikotin, dan Covid-19.

Berkaitan dengan penelitian tersebut, WHO pun mendesak para peneliti, ilmuwan, dan media untuk berhati-hati dalam memperkuat klaim yang tidak terbukti terkait tembakau atau nikotin dapat mengurangi risiko Covid-19.

"Hingga kini tidak ada informasi yang cukup untuk mengkonfirmasi kaitan antara tembakau atau nikotin dalam pencegahan atau pengobatan Covid-19," tegas WHO.

Ilustrasi rokok elektrik atau vape.SHUTTERSTOCK Ilustrasi rokok elektrik atau vape.

Ada berbagai cara untuk melepaskan ketergantungan dari merokok, diantaranya dengan terapi pengganti nikotin. Terapi ini dilakukan dengan pengurangan nikotin secara bertahap.

Terapi penggantian nikotin yang dirancang untuk perokok berat, diantaranya dilakukan dengan permen karet nikotin dan nicotice patch.

Baca juga: Tak Usah Didebat Lagi, Vape Sama Bahayanya dengan Rokok Tembakau

Adapun nikotin merupakan zat kimia di dalam tembakau yang membuat seseorang terus ingin merokok dan menjadi perokok berat.

WHO menjelaskan, berhenti memberikan dampak yang baik bagi fungsi paru-paru. Setelah 20 menit berhenti merokok, detak jantung perokok meningkat dan tekanan darah turun.

Setelah 12 jam berhenti merokok, kadar karbon monoksida dalam aliran darah turun menjadi normal. Dalam 2-12 minggu, sirkulasi membaik dan fungsi paru-paru meningkat.

"Setelah 1-9 bulan berhenti merokok, batuk dan sesak napas berkurang," tulis WHO.

Untuk diketahui, tanpa adanya Covid-19, WHO mencatat rokok telah membunuh lebih dari 8 juta orang di dunia setiap tahunnya. Lebih dari 7 juta kematian berasal dari kebiasaan merokok langsung (perokok aktif), dan 1,2 juta disebabkan karena terapapar asap rokok (perokok pasif).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com