Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faktanya, Virus Influenza Bermutasi Lebih Cepat Dibanding Corona

Kompas.com - 07/05/2020, 10:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah menyebabkan 3,74 juta pasien terinfeksi di 212 negara. Meski demikian, untuk ukuran virus, SARS-CoV-2 bermutasi dalam rentang waktu yang cukup lama.

Beberapa virus memiliki kecepatan bermutasi yang lebih tinggi, seperti pada influenza. Oleh karena itulah manusia perlu memperbaharui vaksin setiap tahun guna mengimbangi perkembangan influenza.

Baca juga: Ilmuwan Temukan Mutasi Langka Virus Corona SARS-CoV-2, Ini Penjelasannya

Sementara virus corona jenis SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 saat ini relatif stabil dan tampaknya bermutasi jauh lebih lambat daripada influenza. Tentunya ini berita bagus bagi para ilmuwan untuk bisa mempelajari virus dengan cermat dan dalam pengembangan vaksin.

SARS-CoV-2 sejauh ini diperkirakan memiliki tingkat mutasi kurang dari 25 per tahun. Bandingkan dengan influenza yang sebanyak 50 mutasi per tahun.

Baru-baru ini ada dua studi analisis mutasi SARS-CoV-2 yang telah dirilis. Pertama, studi dari Arizona State University yang menemukan penghapusan besar DNA dalam sampel virus yang diambil dari pasien di Tempe, Arizona.

Baca juga: Kapan Virus Corona Masuk Indonesia Masih Misteri, Perlu Analisis Lanjutan

Studi tersebut menghasilkan tiga genom SARS-CoV-2 dari serangkaian sampel. Salah satu genom yang ditemukan diberi nama AZ-ASU2923, memiliki penghapusan besar yakni 81 pasangan basa DNA dalam gen yang disebut ORF7a.

Gen ORF7a ini menciptakan protein tambahan yang membantu virus menginfeksi, mereplikasi, dan menyebar di dalam tubuh manusia. Secara khusus, protein dianggap membantu virus untuk menghindari sistem kekebalan tubuh kita dan membunuh sel begitu proses replikasi selesai.

"Salah satu alasan mengapa mutasi ini menarik adalah, karena mencerminkan penghapusan besar seperti yang muncul dalam wabah SARS tahun 2003," ujar Peneliti dari Arizona State University Efrem Lim, dilansir dari Science Alert, Rabu (6/5/2020).

Ilustrasi virus corona, SARS-CoV-2, Covid-19Shutterstock Ilustrasi virus corona, SARS-CoV-2, Covid-19

Sejumlah ilmuwan sampai saat ini tengah menyelidiki bagaimana mutasi ini akan membawa perubahan pada virus corona.

"Penghapusan serupa pada genom SARS-CoV-2 sedang muncul, terutama pada gen ORF8 yang berpotensi mengurangi kebugaran virus," tulis tim dalam makalah mereka.

Baca juga: Efek Infeksi Virus Corona ini Bikin Bingung Dokter, Kok Bisa?

Studi kedua dilakukan oleh tim peneliti di Los Alamos National Laboratory dengan membuat analisis untuk melacak mutasi yang terlihat pada virus corona. Khususnya mutasi yang berkaitan dengan spike protein yang terkenal di permukaan virus.

Tim menemukan empat belas mutasi sepanjang wabah dan berhipotesis bahwa satu jenis virus lebih menular daripada jenis asli dari Wuhan.

Studi tersebut mengungkapkan mutasi baru dari virus corona yang asli itu mulai menyebar di Eropa pada awal Februari 2020 dan dengan cepat ke sejumlah negara lainnya, dan menjadi jenis yang paling dominan di dunia.

Tim berpendapat bahwa karena lonjakan mutasi protein D614G telah 'menyalip' versi asli virus dari Wuhan yang disebut D614. Temuan ini telah mendorong "kebutuhan mendesak adanya peringatan dini" bagi para pengembang vaksin dan obat-obatan untuk membuat solusi efektif untuk melawan virus jenis baru itu.

Baca juga: Studi: Corona Menyebar ke Berbagai Wilayah Lebih Cepat dari Dugaan

Kendati demikian, tak semua pihak setuju bahwa mutasi telah mempengaruhi kemampuan virus untuk menyebar, meski turunan baru virus itu telah menyebar lebih luas ketimbang dari virus versi aslinya.

"Itu bisa jadi karena lebih mudah ditularkan, tetapi bisa juga karena intervensi yang relatif terlambat sehingga memungkinkan untuk menyebar lebih banyak," kata Ahli Epidemiologi Universitas Harvard, Bill Hanage.

Sebagian besar mutasi bersifat netral, dan virus itu tampaknya tidak melakukan apa-apa. Beberapa bersifat merusak yang akan membahayakan virus dan biasanya mereda dengan sendirinya. Hanya sebagian kecil dari semua mutasi yang bermanfaat bagi virus itu sendiri.

Hal baiknya adalah bahwa para peneliti terus mendalami kasus ini dan dipastikan akan ada informasi terbaru yang didapatkan.

Jadi, meskipun mutasi terjadi pada virus yang berbahaya dan sangat menular ini terdengar sangat menegangkan, namun jangan terlalu banyak stres. Semua jenis virus akan terus bermutasi, tidak terkecuali corona.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com