KOMPAS.com - Upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona baru, SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 terus diteliti. Salah satunya pemanfaatan sinar ultraviolet jauh atau Far-UVC.
Sinar ultraviolet C (UVC) dengan panjang gelombang 222 nanometer (Far-UVC) telah terbukti mematikan bakteri tanpa membahayakan kulit mamalia.
Sinar Far-UVC ini juga mencoba dimanfaatkan para peneliti di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT-UI) yang berkolaborasi dengan Ikatan Alumni FTUI (ILUNI FTUI) mengembangkan Bilik Disinfeksi Cepat (BDC)-04 sebagai bentuk sumbangsih UI dalam mengurangi dampak penularan Covid-19.
"Cara kerja BDC-04 ini adalah dengan proses penonaktifan mikroorganisme, bakteri dan virus dengan menggunakan sinar ultraviolet yg dikenal dengan Far-UVC, yang memiliki panjang gelombang 207-222 nm, akan dengan cepat membunuh virus dan aman bagi tubuh manusia," tutur Dekan FTUI Dr. Ir. Hendri D.S. Budiono, M.Eng, seperti melansir Kompas.com.
Baca juga: Lampu UV Ini Bisa Cegah Penyebaran Virus Flu di Ruang Publik
Pada sebuah uji coba yang dilakukan para peneliti di Center for Radiological Research, Columbia University Medical Center, New York telah menunjukkan sinar tersebut dapat mematikan virus H1N1.
Dalam makalah yang dilansir dari Nature, Sabtu (2/5/2020), sebelumnya, penelitian sinar Far-UVC (207-222 nanometer) secara efisien mampu menonaktifkan bakteri tanpa membahayakan kulit mamalia yang menjadi objek uji coba.
Sebab, adanya daya serap yang kuat pada bahan biologi, sinar far-UVC tidak dapat menembus lapisan luar kulit atau mata manusia.
Sejumlah ilmuwan pun berhasil menunjukkan bukti, jika gelombang sinar UVC dapat memberi efek serupa pada virus, seperti dipaparkan dalam makalah di Scientific Reports yang dipublikasikan pada Februari 2020 lalu.
Baca juga: Efektif Hilangkan Corona di Udara, Ilmuwan Kembangkan LED Ultraviolet
Bakteri dan virus berukuran mikrometer atau memiliki dimensi yang sangat kecil, far-UVC dapat menembus dan menonaktifkannya.
Penyakit yang disebabkan oleh mikroba umumnya menyebar melalui udara, seperti influenza dan tuberkulosis.
Pendekatan langsung untuk mencegah penularan melalui udara yakni dengan inaktivasi patogen di udara dan potensi antimikroba udara dari sinar UVC telah lama diterapkan.
Namun, penggunaan secara luas dalam pengaturan publik masih terbatas mengingat sumber cahaya UVC konvensional bersifat karsiogenik dan katarakogenik.
Dosis far-UVC yang digunakan untuk mematikan virus sangat rendah yakni dengan 2mJ/cm2 dari 222 nm cahaya dapat mematikan lebih dari 95 persen virus influenza H1N1 di udara.
Cahaya UVC dosis rendah, kata penulis, dengan dosis yang sangat rendah di lokasi ruang publik dalam ruangan adalah cara yang menjanjikan untuk mengnonaktifkan virus.
Baca juga: 5 Daftar Penyakit Zoonosis Paling Mematikan, H1N1 sampai Virus Corona
Penemuan ini juga diklaim aman dan cara yang murah untuk mengurangi penyebaran penyakit mikroba yang dimediasi udara.