Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/04/2020, 11:23 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketidakjujuran pasien ketika berobat atau mengenai kronologi penyakit, dianggap menjadi salah satu pemicu semakin banyaknya perawat atau dokter yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh perawat di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianto Saroso, Nurdiansyah.

Nurdi berbagi pengalamannya melalui daring media center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (19/4/2020).

Menurut Nurdi, sudah banyak tenaga medis yang terinfeksi dan bahkan gugur atau meninggal dunia dalam melaksanakan tugasnya.

Baca juga: Pasien Sembuh Corona di Indonesia Terus Bertambah, Begini Kriterianya

"Sudah mulai banyak kasus-kasus yang terjadi dengan kita. Beberapa teman ada yang dirawat. Teman-teman yang tertular dari pasien. Ada yang tertular karena mungkin ketidakjujuran (pasien)," kata Nurdi.

Untuk melakukan diagnosis yang tepat bagi pasien, dokter ataupun tenaga medis akan menanyakan beragam indikasi.

Di samping apa saja gejala atau keluhan klinis yang dirasakan, juga sejak kapan dan berapa lama gejala yang dirasakan dan lain sebagainya.

Di saat pasien tidak jujur dengan apa yang terjadi dengan kondisi tubuh mereka, maka diagnosis yang diberikan tidak tepat sasaran penyakit sebenarnya, termasuk diagnosis terkait penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona bernama SARS-CoV-2 ini.

Akibatnya, selain diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan tepat dan penanganan kepada pasien juga tidak tepat guna, dokter atau tim medis yang merawat juga ikut kena imbasnya karena dapat tertular atau terinfeksi virus saat melakukan perawatan terhadap pasien.

Baca juga: Kematian Pria Akibat Virus Corona Lebih Tinggi, Ini Penyebabnya

Jika hal ini tidak disadari, masing-masing individu, baik pasien maupun tim medis, bisa berujung pada kematian.

Stigma negatif

Selain menyoroti ketidakjujuran pasien yang berdampak pada berjatuhannya tenaga medis, Nurdi juga meminta kepada masyarakat untuk tidak membuat stigma yang negatif kepada para tenaga medis.

Para tenaga medis, entah itu dokter, perawat dan posisi jabatan lainnya, beserta keluarga mereka seringkali juga ikut mendapat imbas dari stigma negatif bahwa mereka bisa menjadi sumber penularan Covid-19 di lingkungannya.

"Bahkan karena stigma negatif tentang perawat Covid-19, (berakibat) mulai dari diusir dari rumah kontrakan, kemudian anak dari perawat juga diasingkan dengan tetanggnya," ujar Nurdi.

Menurut Nurdi, yang semestinya harus dihindari adalah virusnya, bukan orangnya.

Baca juga: Ahli Peringatkan, Informasi Hoaks Corona Bisa Berakibat Korban Nyawa

Oleh sebab itu, kewaspadaan dari setiap individu masyarakat memang diharuskan, tetapi bukan berarti membenarkan segala cara dan kondisi termasuk memperlakukan para tenaga medis dan keluarganya dengan tidak adil.

Tenaga medis dalam wabah pandemi global Covid-19 merupakan garda terdepan membantu kesembuhan pasien. Dukungan dari masyarakat akan baik untuk membantu para tenaga medis terus semangat berjuang melaksanakan tugasnya.

Sementara itu, masyarakat bisa mengambil peran sebagai garda terdepan untuk memutus rantai dan mencegah terjadinya transmisi atau penularan virus yang masih masif terjadi saat ini.

"Mari sama-sama kita lakukan pencegahan. Dalam hal ini garda terdepan adalah masyarakat," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com