Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2020, 19:00 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Wabah virus corona telah memberi kekhawatiran bagi para pemilik hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing.

Sejumlah peneliti mengatakan anjing-anjing liar yang memakan daging kelelawar dapat saja memicu pandemi virus corona.

Kendati demikian, beberapa penelitian telah menolak temuan tersebut dan mengatakan kepada para pemilik hewan peliharan untuk tidak mengkhawatirkan hal itu.

Menurut sebuah penelitian, anjing liar yang memakan daging kelelawar dapat menularkan virus corona, Covid-19, ke manusia.

Baca juga: Lawan Covid-19, Anjing di Inggris Akan Dilatih Mengendus Virus Corona

Melansir The Independent, Minggu (19/4/2020), penyakit Covid-19 yang disebabkan infeksi virus corona baru, SARS-CoV-2 ini mungkin telah berevolusi dengan cepat di usus anjing yang mengonsumsi kelelawar pembawa virus corona.

Hipotesis itu diungkapkan ahli biologi asal Kanada. Melalui serangkaian teori pada sebuah penelitian yang diajukan para ilmuwan yang menyelidiki asal virus tersebut.

Virus SARS-CoV-2 telah diyakini para ahli virologi berasal dari kelelawar, sebelum ditularkan ke manusia melalui hewan lain, seperti ular dan trenggiling yang telah diklaim sebagai inang perantara virus corona baru ini.

Teori ini sekarang tengah diperdebatkan oleh Xuhua Xia, profesor biologi di University of Ottawa yang memeriksa lebih dari 1.250 genom dari keluarga virus corona yang sama dengan SARS-CoV-2.

Baca juga: Anjing di Hong Kong Terinfeksi Virus Corona Lemah, Begini Analisisnya

Prof Xia yang juga mempelajari evolusi molekuler gen ini menyimpulkan strain virus yang diisolasi dalam ular dan trenggiling menyimpang terlalu jauh dari virus SARS-CoV-2.

"Pengamatan kami telah memungkinkan pembentukan hipotesis baru untuk asal dan transmisi awal SARS-CoV-2," kata Prof Xia.

Nenek moyang dari SARS-CoV-2, dan kerabat terdekatnya, kelelawar pembawa virus corona menginfeksi usus canid, yakni anjing liar.

Kemungkinan besar, kata Prof Xia, menghasilkan evolusi virus yang cepat dalam usus tersebut dan kemudian melompat, menular pada manusia.

"Ini menunjukkan pentingnya pemantauan virus corona seperti SARS pada anjing liar dalam melawan SARS-CoV-2," jelas Prof Xia.

Studi lain membantah

Namun, makalah ini menuai kontroversi dan sanggahan dari sejumlah ilmuwan lain. Seorang ilmuwan yang tidak terlibat dalam penelitian mengkritik hipotesis makalah tersebut.

Profesor James Wood, kepala departemen Kedokteran Hewan dan seorang peneliti di University of Cambridge mengatakan dia sulit memahami hipotesis tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com