Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/04/2020, 13:29 WIB
Ellyvon Pranita,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di tengah pandemi Covid-19 yang menyebar ke seluruh Indonesia termasuk Indonesia, beragam alternatif pengobatan bermunculan. Tak sedikit juga yang mencari obat herbal untuk mencegah virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, menyerang tubuh.

Lantas bagaimana memilah tanaman atau obat-obatan tradisional yang diklaim dapat berkhasiat pada imunitas tubuh manusia ini?

Badan POM (BPOM) Republik Indonesia memberikan keterangan mendasar mengenai klaim tanaman atau obat tradisonal yang berkaitan dengan imunitas tubuh.

Menurut BPOM, ada klasifikasi atau kategori klaim pada obat tradisional yang dapat membantu memelihara daya tahan tubuh dan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas.

Baca juga: Resep Ramuan Herbal untuk Tingkatkan Imun di Tengah Corona dari Ahli

Obat tradisional yang masuk dalam kategori dapat memelihara daya tahan tubuh adalah jamu dan obat herbal terstandar.

"Untuk obat tradisional yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh adalah kategori fitofarmaka. Karena sudah memenuhi bukti empiris, in vitro di laboratorium, ini vivo atau pengujian pada hewan, dan uji kli pada manusia," kata BPOM.

Umumnya, obat tradisional yang masuk dalam kategori fitofarmaka sudah memenuhi syarat dari BPOM RI.

Pehatikan hal berikut

Namun dalam penggunaannya, BPOM mengingatkan yang terpenting adalah memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Reaksi alergi individu

Setiap orang memiliki kondisi tubuh yang berbeda. Oleh sebab itu, reaksi tubuh dalam merespons sesuatu, terutama yang dikonsumsi, juga akan berbeda.

Tidak semua orang akan baik-baik saja saat mengkonsumsi obat tradisional yang sama.

2. Kelompok yang berisiko

Tidak semua orang aman mengonsumsi obat herbal.

BPOM mengatakan ada beberapa kelompok yang justru berisiko jika mengonsumsi obat herbal, yakni bayi, anak-anak, wanita hamil, orang lanjut usia, serta orang dengan kondisi penyakit tertentu, terutama jika membutuhkan konsultasi dokter.

3. Takaran dan kombinasi tidak berlebihan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com