Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sukabumi 2 Kali Gempa dalam Seminggu, BMKG Sebut Wajar Saja

Kompas.com - 17/03/2020, 20:04 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Akhir-akhir ini wilayah Sukabumi seringkali diguncang gempa bumi tektonik, dari skala intensitas ringan hingga berat dan merusak bangunan masyarakat.

Setidaknya dalam seminggu ini, sudah dua kali Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat diguncang gempa bumi

Pada Selasa (10/3/2020), gempa bumi bermagnitudo M 5,1 mengguncang wilayah Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, pukul 17.18 WIB, di mana getarannya terasa hingga Jakarta.

Setelah itu, terjadi guncangan lagi di wilayah Tegalbuleud, Sukabumi dengan kekuatan magnitudo M 4,5 pada Senin (16/3/2020), pukul 10.56 WIB.

Baca juga: Gempa Hari Ini: M 4,5 Guncang Sukabumi Tidak Berpotensi Tsunami

Kedua kejadian yang berdekatan ini mungkin menimbulkan pertanyaan, ada apa di Sukabumi sehingga begitu sering terjadi gempa bumi?

Untuk menjawab hal ini, Kompas.com menghubungi Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono.

Menurut dia, sebenarnya gempa bumi yang kerap terjadi wilayah Sukabumi wajar saja terjadi..

"Sebenarnya bukan hal yang aneh jika terjadi gempa bumi di Sukabumi itu," kata Daryono, Selasa (17/3/2020).

Pasalnya, terdapat dua sesar aktif sebagai sumber terjadinya gempa bumi di darat wilayah Sukabumi. Kedua sesar itu bernama Citarik dan Cimandiri.

Untuk diketahui, sesar Cimandiri berada sepanjang Pelabuhan Ratu hingga Bandung dan sesar Citarik berada di sebelah barat Bandung, yaitu sepanjang Pelabuhan Ratu ke arah Bogor.

Baca juga: Jawa Sering Gempa dalam Seminggu Ini, Adakah Hubungannya?

"Kedua sesar ini memang sangat aktif, terutama Cimandiri. Beberapa gempa merusak juga pernah terjadi," ujar dia.

Bahkan sejak tahun 1800-an, kata Daryono, sudah ada sekitar 10 kali rangkaian gempa darat yang merusak rumah-rumah warga dan memakan korban jiwa hingga 2019.

Akan tetapi, ditegaskan oleh Daryono, gempa bumi akibat kedua sesar aktif di Sukabumi ini berlokasi di darat dan tidak berpotensi tsunami.

Kendati magnitudonya terbilang kecil dan sumber gempa tergolong dangkal, lokasinya yang berada di darat membuat getaran sangat dirasakan oleh masyarakat.

Selain dari kedua sesar itu, gempa di wilayah Sukabumi juga bisa disebabkan oleh sumber lain, yakni cluster Bogor. Daryono berkata bahwa lokasi cluster ini agak ke arah barat wilayah Bogor, yaitu di sekitar kecamatan Nanggung.

Cluster Bogor menyebabkan gempa melebihi 80 kali dalam kurun waktu 13 hari, yaitu 10-22 Agustus 2019 di wilayah Sukabumi.

Dengan sebegitu wajarnya terjadi gempa di Sukabumi, BMKG pun menyarankan kepada pemerintah dan masyarakat untuk melakukan mitigasi sebelum terjadi tragedi gempa bumi yang merusak.

Mitigasi yang paking baik dilakukan, kata Daryono, adalah membuat bangunan berupa tempat tinggal, perkantoran atau ruang evakuasi yang masuk standar aman dalam kondisi gempa bumi.

"Bangunan tahan gempa itu yang paling utama," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com