Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Sebut Maret Puncak DBD, Waspadai Gejalanya pada Anak-anak

Kompas.com - 13/03/2020, 13:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bulan Maret disebutkan sebagai puncak kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awal tahun 2020.

Masyarakat diminta untuk selalu waspada dan mulai melakukan pembersihan tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk penular virus dengue, yaitu Aedes aegypti. Serta tentunya perhatikan kondisi anak-anak yang rentan terinfeksi virus.

Diungkapkan oleh Direktur P2P Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr Siti Nadia Tarmizi, data menunjukkan bahwa awal tahun ini DBD rentan dialami oleh anak-anak hingga remaja.

Baca juga: Lupakan Sejenak Virus Corona, Demam Berdarah Menghantui Kita

Presentasi data yang disampaikan Nadia adalah akumulasi pelaporan dari awal Januari hingga 11 Maret 2020. Disebutkan bahwa penderita DBD usia 5-14 tahun mencapai 41,72 persen. Usia 15-44 tahun mencapai 37,25 persen, dan penderita usia di atas 44 tahun mencapai 9,67 persen kejadian.

Sementara untuk angka kematian, golongan usia 5-14 tahun mencapai 0,11 persen. Sedangkan, pada usia 15-44 tahun mencapai 0,17 persen, dan di atas usia 44 tahun mencapai presentase 0,05 persen.

"Kasus kematian pada anak itu tergantung orang tuanya," kata Nadia di Gedung Kemenkes, Rabu (11/3/2020).

Baca juga: 4 Jenis Virus Penyebab Demam Berdarah dan Karakteristiknya

Mencontoh dari kejadian kasus kematian DBD pada anak di Kabupaten Sikka, Nadia menegaskan perilaku dan tindakan keputusan yang sama juga acapkali terjadi pada orang tua dan keluarga pasien anak di wilayah lainnya.

Ketika pasien anak telah terdiagnosis DBD oleh pusat pelayanan primer atau Puskesmas dan butuh penanganan lebih lanjut di rumah sakit, tidak jarang orang tua yang justru merawat sendiri anaknya di rumah dan tidak membawa anaknya segera ke rumah sakit rujukan.

"Makanya banyak pasien itu, apalagi pasien anak yang datang terlambat (ke rumah sakit)," kata dia.

Ketika pasien anak sudah mengalami kondisi fase kritis DBD dan terjadi shock, inilah yang cenderung berakhir dengan kematian.

Baca juga: Mengapa Nyamuk Demam Berdarah Merajalela di Musim Hujan?

Dicontohkan Nadia, ada kejadian seorang anak yang lagi proses untuk dirujuk kembali ke rumah sakit, yang awalnya menolak rujuk. Pasien itu terlambat dan meninggal dunia ketika baru masuk UGD rumah sakit.

Keadaan terlambat datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan optimal dari pihak medis yang berujung kematian ini berlaku pada semua golongan usia, bukan hanya pada anak-anak.

Oleh sebab itu, setidaknya Anda dapat mengenali gejala-gejala pertanda terinfeksi virus dengue penyebab penyakit DBD.

Gejala

Pada pasien anak-anak dan remaja, seringkali kasus demam berdarah ringan tidak memiliki gejala. Namun, merangkum dari Mayo Clinic, ketika gejala muncul pada anak-anak dan remaja biasanya mereka sudah empat hingga tujuh hari terinfeksi.

Saat itu, gejala yang terlihat seperti berikut ini:

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com