Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/03/2020, 13:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Warga Negara Indonesia (WNI) yang positif Covid-19 di Singapura disebut sebagai kasus 152. Pasien tersebut sempat berkunjung ke Jakarta.

Disebutkan kasus 152 sudah mengalami gejala sejak tanggal 28 Februari 2020. Ia kemudian sempat datang ke Indonesia, dan pada tanggal 2 Maret justru pasien tersebut sempat datang ke rumah sakit di Jakarta.

Dia disebutkan kembali lagi ke Singapura dan dinyatakan positif Covid-19 pada 7 Maret 2020 oleh tim medis Singapura.

Baca juga: Update Virus Corona 11 Maret: 119.179 Kasus di 118 Negara

Hal ini menimbulkan pertanyaan, kenapa kasus 152 yang sudah ada gejala tidak terdeteksi saat di Indonesia?

Wakil Direktur Lambaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Dr Herawati Aru Sudoyo mengatakan pasien yang dimaksudkan bisa jadi gejala panasnya tidak terdeteksi saat awal ada di Indonesia.

"Bisa jadi dia gak panas, dan jadi gak terdeteksi," kata Herawati dalam acara bertajuk Mengenali Virus Melawan Panik, di Bentara Budaya Jakarta, Selasa (10/3/2020).

Adapun ketika pasien yang dimaksudkan tidak terdeteksi positif Covid-19 di rumah sakit Indonesia, hal itu bisa saja terjadi.

Baca juga: Virus Corona Pandemi Global, Ini Saran WHO untuk Mencegah Terinfeksi

Berdasarkan laporan, kata Hera, ada beberapa kasus kejadian pasien Covid-19 memang tidak mendapatkan hasil positif pada sekali tes yang dilakukan.

"Berdasarkan laporan, ada pasien tes satu kali mungkin negatif. Makanya ternyata setelah tes beberapa kali baru ada teridentifikasi positif Covid-19," ujar dia.

Sama halnya dengan kasus 152, barangkali saat di tes laboratorium di Indonesia memang kondisi spesimen yang diteliti tidak menunjukkan adanya positif Covid-19, dan hasilnya memang negatif.

Oleh sebab itu, ketika dia kembali lagi ke Singapura dan di sana ternyata kembali menunjukkan gejala-gejala, saat dilakukan pengujian lagi, baru teridentifikasi dan hasilnya positif Covid-19.

Baca juga: Virus Corona di Indonesia Bikin Masyarakat Panik, Ini Sebabnya

Diakui Hera, pada Covid-19 ini memang sudah terjadi mutasi. Akan tetapi apakah berbahaya dan tidaknya belum bisa disebutkan secara pasti karena masih terus diteliti oleh para ahli.

Meskipun penyebarannya semakin cepat meluas, tetapi berdasarkan rata-rata kematian justru lebih rendah dari sebelumnya. Meski tidak semua orang terinfeksi punya gejala yang tampak.

Soal kejadian itu, menurut Hera, kita harus belajar dari cara Singapura dan Korea yaitu menelusuri atau case tracking siapa-siapa saja orang yang pernah ditemui dan berkontak dengan pasien tersebut di manapun berada sebelum resmi positif Covid-19.

Berikutnya, tindakan yang perlu dilakukan kepada Orang Dalam Pengawasan itu juga nantinya harus diobservasi dan karantina, serta dilakukan tes laboratorium meskipun orang itu tidak menunjukkan gejala.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com