Oleh Ali Masykur Musa*
BAGI umat manusia, terlebih umat Islam, hadirnya bulan Ramadhan disambut dengan penuh riang gembira.
Kegembiraan itu salah satunya karena di bulan Ramadhan inilah diturunkan Al Qur'an sebagai Kalam Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia sekaligus pedoman kembali ke Allah.
Karena itu, bulan Ramadhan juga disebut bulan Al Quran (Syahrul Quran), sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Baqarah, ayat 185: Syahru ramadhana unzila fihii Al Qur'an, yaitu bulan Ramadhan inilah diturunkan di dalamnya Al Qur'an.
Masyarakat Indonesia banyak yang meyakini dan karena itu memeringati Nuzulul Qur'an pada malam ke-17 Ramadhan.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Ramadhan Bukan Sekadar Puasa Umum?
Namun demikian Ibn Hajar al-Asqalani, dalam kitab Fath al-Bari, menyebutkan kurang lebih terdapat 40 pendapat ulama tentang kapan tepatnya Nuzulul Qur’an.
Al Qur’an adalah mukjizat terbesar yang diturunkan melalui wahyu Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk manusia pada konteks masyarakat Arab yang menempatkan kefasihan dan keindahan berbahasa sebagai ukuran keadaban tertinggi.
Al Qur’an turun dengan estetika bahasa yang tak tertandingi. Banyak penyair hebat Arab takluk dan kemudian beriman karena terpukau oleh bahasa wahyu yang tidak mungkin berasal dari manusia.
Wahyu yang pertama kali turun adalah surat al-Alaq (QS 96: 1-5) yang dimulai dengan perintah “Bacalah”. Dengan demikian, Allah melandaskan ajaran Muhammad pada ilmu dan tradisi ilmiah.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Akhlak Terpuji sebagai Jati Diri
Ilmu inilah yang meninggalkan derajat Adam AS di atas malaikat (QS 2: 30-34). Wahyu pertama bertutur tentang perintah membaca dengan nama Allah sebagai Khaliq dan Mu’allim (pengajar), yang mengajar manusia melalui pena (qalam).
Wahyu kedua (QS 68: 1-4) dimulai dengan huruf tunggal (nun), yang diikuti dengan sumpah Tuhan demi pena (wal qalami).
Salah satu hal terpenting dari ajaran Al Qur'an adalah dzikrullah, yaitu perintah agar semua manusia selalu memperbanyak dzikir dalam keadaan apapun.
Surat Ar-Ra’ad, ayat 28 memberi pelajaran agar orang beriman hatinya tenteram dan tenang harus memperbanyak dzikrullah, Alaa bidzikrillah tathmainul quluub.
Orang beriman diminta untuk menyebut nama Allah sebanyak-banyaknya seperti diungkapkan dalam Surat Al-Ahzab, ayat 41-42, udzkurullah dzikran katsiraan.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Ramadhan Bulan Toleransi, Bulan Berbagi Tanpa Pandang Bulu
Selanjutnya Surat An-Nisa’, ayat 103 Allah menghendaki agar dzikir menyebut nama Allah itu dilakukan dalam posisi berdiri, duduk, dan berbaring, fadzkurullaha qiyaman waqu’uudan wa’alaa junubikum.