Oleh Amin Mudzakkir*
SALAH satu yang khas dari bulan puasa adalah penyelenggaraan ngaji pasaran atau pasanan. Selama lebih kurang satu bulan lamanya para santri secara intensif mengikuti pembacaan kitab kuning.
Biasanya dengan cara bandongan, yang memang hanya diajarkan di bulan puasa. Oleh karena itu, kitab yang diajarkan jarang kitab yang tebal, dengan tujuan agar bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Pada awalnya tradisi ngaji pasaran dilakukan di pesantren-pesantren tradisional. Mirip kegiatan pesantren kilat di sekolah-sekolah, tradisi ngaji pasaran mempunyai jadwal yang ketat dari pagi sampai malam.
Terkadang pesertanya tidak hanya santri yang mukim di pesantren bersangkutan, tetapi juga mereka dari luar yang datang khusus untuk kegiatan itu.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Menguji Iman dan Imun saat Pandemi Covid-19 di Bulan Ramadhan
Dalam kondisi tertentu, pelaksanan dimulai sejak beberapa hari atau beberapa pekan sebelum masuk bulan puasa supaya pembacaan kitab bisa rampung sebelum lebaran tiba.
Kitab-kitab yang diajarkan umumnya bukan kitab-kitab yang diajarkan sehari-hari, melainkan kitab-kitab lanjutan dalam bidang ilmu tertentu. Bidang keilmuannya bermacam-macam, tergantung pada keahilan kyai yang membacakan.
Di pesantren yang kyainya terkenal sebagai ahli fikih, misalnya, maka yang diajarkan adalah kitab fikih. Demikian seterusnya.
Selain untuk menamatkan pembacaan kitab kuning tertentu dalam waktu singkat, ngaji pasaran adalah ajang untuk mencari keberkahan.
Baca juga: Hikmah Ramadhan: Puasa, Pandemi Covid-19, dan Restart Kebangsaan
Lazimnya hal ini melekat pada pesantren dan kyai yang secara turun temurun telah dipercaya memiliki keistimewaan luar biasa.
Dalam kultur pesantren tradisional, seorang santri berusaha menamatkan pembacaan kitab di pesantren dan kyai tersebut biar mendapat keberkahan dan itu sering dilakukan pada bulan Ramadhan.
Dalam perkembangannya, tradisi ngaji pasaran tidak hanya dilakukan di pesantren-pesantren, tetapi juga di dunia maya secara online. Fenomena ini mengemuka sekarang di saat pandemi Covid-19 menjalar di seluruh jagat.
Sementara orang-orang diminta untuk melakukan pembatasan sosial, termasuk para santri di pesantren, kegiatan ngaji pasaran selama bulan puasa ternyata masih berjalan.
Dengan memanfaatkan internet, sejumlah kyai menyiarkan pembacaan kitab kuningnya melalui berbagai kanal yang tersedia.
Tidak tanggung-tanggung, beberapa kyai sepuh ikut mengisi fenomena ngaji pasaran online ini. Misalnya KH Mustofa Bisri yang membacakan kitab Hadits Arbain di Pesantren Raudhatut Thalibin, Rembang.