Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pabrik Kapal di Batam Butuh Ribuan Tenaga Kerja

Kompas.com - 12/03/2023, 10:00 WIB
Hadi Maulana,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com – Saat ini, proyek pesanan pembuatan kapal di Batam, Kepulauan Riau (Kepri), sedang mengalami peningkatan.

Hampir semua galangan kapal menerima pesanan pembuatan kapal maupun tongkang, bahkan untuk tongkang sendiri saat ini ada 400 unit yang telah masuk daftar tunggu atau waiting list.

Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ikatan Perusahaan Industri Galangan Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Anita Puji Utami mengatakan, permintaan produksi dan juga repair kapal di Kepri saat ini naik 400 persen sejak 2022 jika dibanding tahun 2020 dan 2021.

"Hal ini sangat luar biasa, setelah dua tahun belakangan kita semua dilanda Covid-19, jangankan pembuatan kapal, repair saja tidak ada," kata Anita kepada Kompas.com ditemui di Swissbell Hotel, Jumat (10/3/2023) kemarin.

Selama Covid-19, Anita mengatakan tidak saja produksi kapal, bidang usaha lainnya juga ikut merosot.

Baca juga: Baru Dirilis, Perumahan di Batam Sudah Laku 60 Persen

Namun, pada tahun 2022 permintaan produksi kapal meningkat, baik pembuatan kapal baru maupun repair.

"Kami akui untuk dua tahun kedepan, proyek pembuatan kapal sudah penuh, tidak saja di Batam, daerah lain seperti Jakarta juga full. Bahkan peningkatan proyek di galangan kapal hampir imbang antara produksi baru dan juga repair," ungkap Anita.

Lebih jauh Anita mengatakan, dengan banyaknya pembuatan kapal, otomatis repair kapal juga akan banyak, karena setiap kapal yang telah dibuat, otomatis beberapa tahun kedepan akan kembali ke perusahaan galangan kapal untuk lakukan repair.

"Makanya saya katakan imbang antara pembuatan dan repair, karena apapun ceritanya, kedepan kapal yang sudah diproduksi akan kembali repair," jelas Anita.

Untuk kapal barang, wajib melakukan repair paling lambat sekali tiga tahun, sementara kapal penumpang wajib melakukan repair kapal setiap tahun.

Ketua DPC Iperindo Kepri Ali Ulai menambahkan, orderan kapal ini tidak serta merta membuat pengusaha galangan kapal senang, sebab masih ada persoalan yang belum bisa diselesaikan hingga saat ini.

Saat ini, tenaga welder atau tenaga las sangat minim, bahkan untuk tahap awal sedikitnya 5.000 welder diperlukan.

"Bahkan di tempat saya (Citra shiphiyard group,red) ada tiga kapal baru yang sudah tanda tangan kontrak, tetapi sampai saat ini belum bisa dikerjakan karena tidak ada pekerjanya," kata Ali Ulai.

Dia khawatir kapal-kapal pesanan sebelumnya belum selesai dikerjakan, bisa menghambat proses pengerjaan pesanan kapal baru.

Peningkatan orderan di galangan kapal ini umumnya pembuatan tongkang. Kenaikan harga komoditi nikel dan batubara jadi peluang bagi perusahaan galangan kapal di Batam untuk mendapatkan proyek pembuatan kapal tongkang.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com