Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbaikan Infrastruktur Rusak akibat Erupsi Semeru Hampir Beres, Telan Rp 770 Miliar

Kompas.com - 01/03/2023, 14:30 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hampir menyelesaikan penanganan Dampak Erupsi Gunung Semeru yang terjadi di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur pada 2021 lalu.

Anggaran yang dialokasikan untuk penanganan tersebut sebesar Rp 770 miliar guna Pembangunan Rumah Khusus.

Ini dilengkapi dengan infrastruktur dasar permukiman seperti drainase, air minum, sanitasi, dan jembatan serta Pembangunan Jembatan Besuk Koboan. 

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, penanganan tanggap darurat bencana alam erupsi Gunung Semeru dilakukan atas perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Penanganan ini dengan maksud membantu korban bencana dan mengambil langkah-langkah penanganan jangka pendek dan panjang, termasuk merekonstruksi rumah masyarakat yang terdampak.

“Pemerintah membangun rumah masyarakat terdampak bencana bukan hanya memperbaiki kerusakannya, namun juga mengharapkan adanya permukiman baru yang tangguh terhadap bencana. Sehingga, masyarakat merasa aman dan nyaman,” kata Basuki dalam rilis, Rabu (1/3/2023).

Melalui Balai Pelaksana Penyediaan Perumahan (BP2P) Jawa IV Direktorat Jenderal (Ditjen) Perumahan, Kementerian PUPR membangun Rumah Khusus Tipe 36 sebanyak 1.951 unit dengan alokasi anggaran senilai Rp 350,55 miliar.

Baca juga: Kelar Cepat, Proyek Huntap Korban Erupsi Gunung Semeru Sabet Rekor Muri

Pekerjaan dilakukan oleh PT Brantas Abipraya  (Persero) dan PT Hutama Karya (Persero) sejak Januari 2022 dan telah dihuni oleh masyarakat pada Idul Fitri 2022 lalu.

Masyarakat penerima manfaat tersebut berasal dari tujuh desa di Kabupaten Lumajang yakni Desa Sumbersari, Desa Kebondeli Utara, Desa Kebondeli Selatan, Desa Curah Koboan, Desa Gumukmas, Desa Kamarkajang, dan Desa Kajar Kuning.

Direktur Jenderal (Dirjen) Perumahan Iwan Suprijanto mengatakan, rumah khusus hunian tetap (huntap) tersebut dibangun berukuran 6x6 meter pada tanah seluas 10x14 meter untuk setiap Kepala Keluarga (KK) dan menyatu dengan hunian sementara (huntara).

"Desain dan spesifikasi teknis huntap ini menggunakan konsep build back better dengan teknologi rumah tahan gempa yang dibangun dengan metode Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Seluruhnya menggunakan produk dalam negeri," tambahnya.

Proyek pembangunan hunian tetap bagi korban erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, berhasil meraih penghargaan Rekor Muri.Dok. Hutama Karya Proyek pembangunan hunian tetap bagi korban erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, berhasil meraih penghargaan Rekor Muri.
Selain membangun rumah khusus, Kementerian PUPR melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Timur Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya juga melengkapi hunian dengan sejumlah fasilitas infrastruktur dasar permukiman guna menambah kenyamanan.

Pekerjaan yang dilaksanakan berupa drainase, air minum, sanitasi dan jembatan dengan total luas 81,55 hektar.

“Untuk instalasi air minum, dibangun reservoir berkapasitas 300 m3 pipa jaringan distribusi sepanjang 5.280 meter, 2 unit broncapture, serta perlintasan dan aksesoris untuk menyambung Saluran Rumah sebanyak 1.951 SR," ujar dia.

Sehingga, total kapasitas penyediaan air minum sebesar 25 liter [er detik untuk 2.000 KK yang bersumber dari Kali Tunggeng dengan debit 10 liter per detik, Kali Pitik 5 liter per detik (gravitasi), dan Hutan Bambu dengan debit 10 liter per detik dengan biaya sebesar Rp 17 miliar.

Baca juga: 1.951 Huntap Korban Erupsi Merapi Siap Huni, Bakal Dilengkapi Peralatan Rumah Tangga

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com