Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Syarifah Syaukat
Mahasiswa CEP Doktoral Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Mahasiswa CEP Doktoral Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, ini juga seorang peneliti senior sejak 2009 hingga saat ini pada Pusat Penelitian Geografi Terapan FMIPA UI.

Sejak 2020, Syarifah menempati posisi sebagai Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia.

Telatah Sektor Data Center dan Kebutuhannya untuk Tumbuh Berkelanjutan

Kompas.com - 05/01/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA awal pandemi kita mulai mendengar perusahaan multinasional atau multinational company (MNC) raksasa digital yang berbasis di Amerika Serikat melakukan kesepakatan untuk membeli lahan di kawasan industri.

Eksekusi pembelian lahan ini sebagai bentuk rencana ekspansi bisnis mereka di bidang data center. Aksi ini sekaligus menunjukkan bahwa telatah data center terus menggeliat.

Sebagaimana data Jakarta Property Highlight yang dirilis Knight Frank Indonesia, bahwa sepanjang 2021, serapan lahan industri di Jadebotabek dari sektor data center tercatat 11 persen.

Performa ini terus berlanjut pada Semester I tahun 2022, dengan serapan data center yang meningkat di kisaran 31 persen dari total serapan lahan industri yang ditransaksikan di Jadebotabek.

Baca juga: Jakarta Aktif Pasok Lahan untuk Pembangunan Industri Data Center

Bahkan, salah satu developer kawasan industri mengembangkan kawasan khusus untuk data center di tengah pandemi lalu. Langkah ini kemudian diikuti sejumlah pengembang properti yang melakukan diversifikasi bisnis ke sektor ini.

Sektor financial technology (fintech) yang terkait dengan perkembangan layanan data center saat ini turut tumbuh positif di tengah pandemi.

Hal ini ditandai dengan serapan yang ditorehkan fintech pada ruang perkantoran Jakarta dalam beberapa tahun terakhir ini.

Sejalan dengan itu, publikasi Knight Frank Asia Pacific berjudul ‘2023: Pivoting Towards Opportunities’ menyebutkan bahwa salah satu sektor yang dinilai prospektif untuk tumbuh tahun 2023 adalah data center.

Masih dari sumber yang sama, disebutkan bahwa data center merupakan salah satu sektor dari 10 sektor potensial yang diminati oleh Investor di Asia Pasifik.

Bukan tanpa alasan, hal ini di antaranya karena transaksi sektor data center meningkat tajam di region ini pada tahun 2022.

Publikasi spesifik yang dirilis oleh Knight Frank Global, menyebutkan bahwa beberapa kota di Asia Pasifik dinilai sebagai kota yang memiliki potensi pertumbuhan untuk data center tahun 2023.

Kota-kota tersebut adalah Melbourne, Jakarta, dan Osaka yang memiliki kapasitas pasokan data center paling progresif.

Potensi ini hadir didorong oleh permintaan layanan cloud yang saat ini mulai pindah ke Asia Tenggara, Australia dan Jepang. Sejalan dengan kondisi tersebut, investor global mulai tertarik mendanai pengembangan data center di Asia saat ini.

Sebagai gambaran, saat ini konsumsi data center Indonesia berkisar 1 watt per kapita, sementara Jepang dengan 10 watt per kapita, sehingga ruang pertumbuhan data center di Indonesia masih sangat luas.

Refleksi pertumbuhan penggunaan data center juga dapat diasosiasikan dengan penggunaan internet. Menurut Laporan Profil Internet Indonesia 2022, penduduk Indonesia yang terkoneksi internet kurun 2021-2022 mencapai 210 juta orang, atau berada pada peringkat ketiga di dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com