Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seberapa Menguntungkan Bisnis Kos-Kosan? Simak Perhitungannya

Kompas.com - 07/09/2022, 19:00 WIB
Thefanny,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Secara sekilas, bisnis kos-kosan mungkin terlihat menguntungkan. Anda akan mendapatkan pemasukan setiap bulannya dari penghuni kamar kos.

Namun, seberapa menguntungkannya bisnis kos-kosan?

Manager de’KOSTel Naga Gautama (33) mengatakan, dalam menjalankan bisnis kos-kosan, tidak banyak variabel biaya yang diperlukan. Hanya, untuk memulai bisnis ini, memang butuh modal besar.

Menurutnya, untuk memulai bisnis ini, Anda perlu memiliki rumah atau ruko, melakukan renovasi, dan membeli perabotan untuk setiap kamar kos. Setelah kos-kosan terisi pun, masih ada biaya operasional yang perlu dikeluarkan.

Baca juga: Enam Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Memilih Kos-kosan

Biaya modal inilah yang membuat bisnis kos-kosan tidak dapat memberikan keuntungan dalam jangka waktu singkat.  Hal ini bergantung pada pendapatan dari penyewaan dan tingkat okupansi kamar.

Bisnis kos-kosan lebih cocok untuk dijadikan sebagai penghasilan sampingan atau investasi jangka panjang. Bisnis kos-kosan membutuhkan nafas panjang, bahkan hingga belasan tahun untuk mencapai break even point (BEP) atau titik modal kembali.


Berdasarkan perhitungan Naga, setidaknya dibutuhkan Rp 2 miliar untuk membangun satu rumah kos-kosan di Cluster Allogio, Gading Serpong.

Cluster ini memang dibangun oleh pengembang PT Summarecon Agung Tbk khusus untuk dijadikan hunian kos-kosan.

Biaya tersebut hanya mencakup biaya rumah dan renovasi, belum termasuk biaya tambahan seperti furnitur, elektronik, kebersihan, dan operasional lainnya. Sedangkan, satu rumah biasanya hanya memilki kapasitas 10 kamar. 

Jika satu kamar disewa senilai Rp 1 juta per bulannya dengan tingkat okupansi 100 persen, dibutuhkan setidaknya 17–18 tahun untuk mencapai titik modal kembali. 

“Kendati demikian, bagaimanapun, kos-kosan itu suatu kebutuhan. Bekerja, sekolah, atau kuliah, kita pasti butuh tempat tinggal. Apalagi kalau yang jauh dari rumah, di luar kota,” ujar Naga saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/9/2022).

Selain itu, dalam membangun bisnis kos-kosan, diperlukan juga kesediaan dan waktu yang fleksibel untuk menerima keluhan dari penghuni. Dalam sehari, Naga bisa mendapat puluhan keluhan dari para penghuninya.

Keluhan yang didapatkan juga beragam, mulai dari pendingin ruangan yang rusak, air minum yang habis, hingga kehilangan kunci.

Tidak hanya itu, Naga juga pernah mendapatkan keluhan dari penghuni mengenai makanan hilang dari kulkas yang digunakan bersama, wi-fi yang dikatakan rusak karena tidak dinyalakan, hingga keluhan kebisingan dari penghuni kamar lain.

“Hal-hal bagusnya karena berhubung dengan banyak orang, nambah pengalaman, nambah teman. Dukanya, karena (kos-kosan) bisa dibilang jasa, komplain orang itu luar biasa. Kita harus cepat dan tanggap menghadapinya,” tutup Naga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com