Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Monumen Lokomotif, Penyambut Wisatawan di Stasiun Bandung

Kompas.com - 01/08/2022, 09:49 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi Anda yang pernah atau sering naik kereta dari dan menuju Stasiun Bandung, pernahkah memperhatikan monumen lokomotif penyambut wisatawan di depan pintu masuknya?

Melansir Heritage KAI, Senin (1/8/2022), monumen lokomotif tersebut bernama Purwa Aswa Purba atau yang berarti Awal Kuda Kuno.

Dijelaskan bahwa nama tersebut berasal dari lokomotif atau yang diistilahkan dengan sosok kuda besi hitam.

Lokomotif tersebut merupakan andalan masyarakat untuk bermobilitas di lintas Rengasdengklok-Karawang-Wadas-Cikampek yang bisa mengangkut barang dan penumpang.

Adapun sejarahnya, perusahaan kereta api Staats Spoorwegen (SS) pada saat itu mengoperasikan jalan rel dengan gauge atau lebar 600 mm di Jawa Barat dan Jawa Timur.

Baca juga: Sejarah Jalur Kereta Garut-Cibatu, Rute Andalan Menuju Parahyangan Semasa Kolonial Belanda

Untuk melayani rute tersebut, SS akhirnya mendatangkan lokomotif uap TC10 yang diproduksi oleh Hartmann Chemnitz di Jerman.

Lokomotif ini didatangkan secara bertahap, yakni 6 unit pada 1915, 4 unit pada 1920, dan 5 unit pada 1922.

Sehingga total terdapat 15 unit lokomotif TC10 yang didatangkan kala itu dengan pembagian, 3 lokomotif dialokasikan untuk Jawa Timur dan sisanya di Jawa Barat.

Saat beroperasi, SS menomori lokomotif ini dengan 508T dan pada era Djawatan Kereta Api diubah menjadi TC.10.08.

Untuk cirinya, lokomotif ini memiliki susunan roda 0-6-0T, memiliki dua silinder berdimensi 240 mm x 340 mm, dengan roda berdiameter 675 mm.

Baca juga: Sejarah Benteng Pendem Ngawi, Bukti Keinginan Belanda Kuasai Indonesia secara Utuh

Meski terlihat mungil, berat keseluruhan lokomotif ini adalah 12,7 ton dan dapat melaju dengan kecepatan maksimum 25 km/jam. Bahan bakar yang digunakan adalah kayu jati.

Dari sisi kelengkapan, lokomotif ini dilengkapi dengan kotak pasir yang nantinya akan digunakan untuk menyemprotkan pasir ke jalan rel agar permukaan rel tidak kering sehingga roda tidak slip.

Sayangnya, seluruh jalan rel dengan gauge 600 mm ditutup pada tahun 1972-1973 karena tidak mampu bersaing dengan moda transportasi darat lain.

Untuk di Jawa Barat, lokomotif TC.10.08 dipurna tugaskan dan disimpan di Dipo Karawang sebelum akhirnya dibawa ke Bandung untuk dimonumenkan.

Sedangkan di Jawa Timur, lokomotif ini dipindahkan ke Dipo Lokomotif Jati di Probolinggo dan difungsikan sebagai pemanas air.

Untuk Monumen Purwa Aswa Purba sendiri diresmikan pada 28 September 1992 yang bertepatan dengan ulang tahun Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) ke-47 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com