Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kota Bisa Layak Huni dan Beradaptasi dengan Zaman?

Kompas.com - 11/05/2022, 09:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tinggal di sebuah kota yang bisa menghadirkan kenyamanan merupakan dambaan semua orang.

Nyaman dalam hal ini mungkin bisa dikaitkan dengan istilah liveable atau layak huni bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya.

Kota layak huni ini harus memenuhi beberapa prinsip yakni ketersediaan sarana kebutuhan dasar, ruang publik dan tempat interaksi masyarakat, dan keamanan.

Namun, tak lupa juga soal dukungan fungsi sosial, budaya, dan ekonomi, sanitasi,  juga ketersediaan fasilitas publik seperti transportasi.

Lantas, bagaimana sebuah kota bisa menjadi layak huni sekaligus bisa beradaptasi dengan zaman?

Menurut Ketua Majelis Kode Etik Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro, salah satu caranya adalah melalui urban transportation massal modern (transportasi perkotaan massal modern).

"Karena berbasis listrik dan menjadi penarik pembangunan kota di daerah transit atau Transit Oriented Development (TOD)," ujar Bernardus kepada Kompas.com, Selasa (10/5/2022).

Baca juga: Enam Kota Utama Macet Parah Selama Mudik Lebaran, Apa yang Salah?

Dengan begitu, hal ini secara struktural dan pola ruang dapat menciptakan ruang-ruang kota lebih vibrant (bersemangat) dengan jarak tempuh yang manusiawi.

Sebab, kebutuhan akan pelayanan dan fasilitas kota menjadi penting. Sehingga, akan menjadi lebih efisien dan layak huni bagi masyarakatnya.

Berkaca dari pengalaman mudik Lebaran tahun ini yang menciptakan kemacetan di enam kota di Indonesia yakni, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Yogyakarta, dan kota-kota lainnya seperti Malang, ada beberapa isu strategis yang perlu diperbaiki.

Pertama, perbaikan sarana dan prasarana transportasi perkotaan yang memadai dan sekelas dengan kota-kota maju lainnya.

Bernie mengatakan, hanya Jakarta yang sudah memliki sistem transportasi perkotaan dan transit yang cukup terintegrasi.

Kedua, budaya masyarakat dalam mempergunakan kendaraan umum masih sangat minimal. Sehingga, perlu ditingkatkan agar mengurangi tekanan di jalanan.

Ketiga, manajemen lalu lintas (lalin) sesaat sudah membaik, tetapi tekanan sesaat pasti memerlukan effort (usaha) khusus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com