Hingga April 2022, KEK Batam Raup Investasi Mencapai Rp 3 Triliun

JAKARTA, KOMPAS.com - Realisasi investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batam Aero Technic (BAT) hingga April 2022 sudah mencapai kurang lebih Rp 3 triliun.

Sementara investasi yang akan masuk sampai 2030 ditargetkan sebesar Rp 7,29 triliun. Artinya masih menyisakan sekitar Rp 4 triliun.

Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ketika meninjau lokasi pada Rabu (26/04/2022).

Baca juga: KEK Nongsa Raup Komitmen 3 Investor Senilai Rp 13,6 Triliun

Untuk diketahui, pengoperasian KEK Batam berlandaskan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 67 Tahun 2021 tentang Kawasan Ekonomi Khusus Batam Aero Technic.

Kawasan yang berfokus pada kegiatan industri Maintenance, Repair, dan Overhaul (MRO) pesawat udara serta logistik ini memiliki luas 30 hektar dan dibangun dalam empat tahap.

"Kalau industri MRO itu pencapaian target investasinya berdasarkan jumlah pesawat yang lagi di-repair dan saat ini kelihatan kapasitasnya bertambah dan sudah mampu menangani 44 pesawat pada saat yang bersamaan," ujar Airlangga dalam keterangan pers.

Selain itu, jumlah tenaga kerja yang meningkat menjadi 3.000 orang. Terdiri dari 1.500 insinyur atau sarjana teknik, dan sisanya teknisi atau mekanik.

Penyerapan tenaga kerja di 2030 ditargetkan hingga sebanyak 9.976 orang, dan sudah terealisasi sebanyak 1.474 orang hingga April 2022.

"Terkait MRO, dibandingkan dengan kunjungan pada Juni 2021 lalu, sekarang sudah ada progres terutama dari pembangunan hanggar yang baru, dan terlihat juga kapasitas maintenance meningkat," tandasnya.

Baca juga: Kawasan Industri di KEK Pulau Jawa Masih Jadi Favorit Investor

Menko Airlangga juga menjelaskan, dengan dibangunnya BAT ini diperkirakan akan menghemat devisa 65-70 persen dari kebutuhan MRO dari maskapai penerbangan nasional senilai Rp 26 triliun persen tahun yang selama ini mengalir ke luar negeri.

Pada jangka menengah diharapkan mampu menangkap peluang dari pasar Asia Pasifik yang memiliki sekitar 12.000 unit pesawat, dan bernilai bisnis sekitar 100 miliar US Dollar atau sekitar Rp 1.448 triliun pada 2025.

"Biaya akan bersaing dengan negara tetangga, dengan air traffic yang besar, dengan lokasi Batam yang strategis," pungkas Airlangga.