Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Friedrich Silaban, "Anak Kesayangan" Bung Karno Perancang Masjid Istiqlal

Kompas.com - 22/02/2022, 21:30 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara yang tak hanya memiliki desain megah namun juga menawan.

Hari ini, Selasa (22/2/2022) Masjid Istiqlal genap berusia 44 tahun setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1978.

Indahnya masjid yang berlokasi di bekas benteng Citadel Belanda ini tak lepas dari tangan dingin sang arsitek Friedrich Silaban.

Seperti dikutip dari arsip Kompas, pria kelahiran Bonandolok, Sumatera Utara, ini lahir pada 16 Desember 1912 dan meninggal di Jakarta, 14 Mei 1984, dalam usia 72 tahun.

Tak hanya Masjid Istiqal, beberapa gedung hasil rancangannya masih berdiri kokoh hingga sekarang. Di antaranya Bank Indonesia di Jalan MH Thamrin, Gedung Pola di Jalan Proklamasi,

Gedung Markas Besar TNI Angkatan Udara di Pancoran, serta Gedung BNI di kawasan Kota.

Dia juga merancang beberapa bangunan di Bogor seperti rumah dinas Wali Kota Bogor dan bangunan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Bogor.

Pada tahun 1953, atas perintah Presiden Soekarno, Silaban yang bekerja sebagai Kepala Djawatan Pekerdjaan Umum (PU) Bogor menjadi arsitek pembangunan kembali makam pelukis Raden Saleh Sjarif Bustaman yang meninggal tahun 1880.

Proyek Silaban lainnya adalah Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Merujuk pada Harian Kompas, Minggu 7 Desember 1980 tertulis kompleks olahraga ini semula akan dibangun di daerah Dukuh Atas, tepatnya di lahan kiri-kanan Jalan Sudirman.

Untuk menghubungkan kedua sisi itu, akan dibangun terowongan. Gambar, denah, dan teknisi dari Rusia sudah siap di Jakarta untuk mengerjakannya.

Sebelum proyek dimulai, presiden Soekarno meminta pendapat Friedrich pada sidang penentuan.

Namun sang aristek tak setuju dengan lokasinya karena akan mengganggu jalan utama yang menghubungkan kawasan Kebayoran dan daerah Kota.

Alhasil, kompleks olahraga itu dibangun di perkampungan Senayan pada tahun 1959. Ketika itu, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games IV di Jakarta 1962.

Friedrich menyelesaikan pendidikan formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Kweekschool-Sekolah Teknik (KWS) Betawi.

Saat baru duduk di kelas I, sang ayah, Jonas Silaban, meninggal. Berkat kepandaiannya, dia mendapat beasiswa dengan syarat harus tinggal dengan keluarga Belanda, keluarga Funck, di Petojo.

Di kelas III, Friedrich mulai menggambar dan membuat denah. Imbalan pertamanya 25 gulden. Tahun 1931, dia lulus KWS dan membantu arsitek Antonisse.

Tahun 1937 Friedrich kemudian bekerja di Pontianak, lalu menjadi Kepala PU di Bogor. Karena kerap berdiskusi dengan Bung Karno, sampai disebut sebagai arsitek ”kesayangan” Soekarno.

Friedrich menikahi Letty Kievits dan dikaruniai 10 anak.

Keluarganya kini tinggal di Bogor dan rumah pribadi yang juga hasil rancangannya itu pun menjadi salah satu kajian bagi sebagian mahasiswa arsitektur.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com