Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Ahli, Ada Dua Titik Utama Sirkuit Mandalika yang Harus Diperbaiki

Kompas.com - 17/02/2022, 09:00 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com – Di balik keindahan pemandangan alam di sekeliling Sirkuit Mandalika, muncul berbagai masalah serius terkait kualitas aspal yang digunakan.

Dilansir dari The Race, beberapa pebalap MotoGP mengungkapkan, Sirkuit Mandalika kotor akibat batu campuran aspal yang mengelupas.

Adapun jalur yang kotor merupakan masalah umum jika melihat  jumlah konstruksi yang masih berlangsung di sekitar sirkuit.

Hal ini ditambah dengan elemen infrastruktur utama, seperti tribun dan jalan akses jalur ganda yang dalam proses penyelesaian sehingga menciptakan lingkungan yang sangat berdebu.

Baca juga: Menilik Kualitas Pengaspalan Sirkuit Mandalika yang Dianggap Sekelas Jalan Perumahan BTN

Pebalap Franci Morbidelli melaporkan dirinya mengalami memar di lengan sebelah kiri karena terkena serpihan batu, sedangkan Marco Bezzecchi mengatakan salah satu pelindung helmnya retak dengan penyebab yang sama.

Tes Pramusim MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, 11-13 Februari 2022.KOMPAS.COM/KARNIA SEPTIA KUSUMANINGRUM Tes Pramusim MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, 11-13 Februari 2022.
Terkait hal tersebut, Ahli Perkerasan Jalan dan Aspal Purnomo mengatakan, hal ini bisa terjadi karena batu campuran aspal yang dipilih kurang tepat.

Batu yang digunakan untuk campuran aspal Stone Mastic Asphalt (SMA) yang diterapkan pada Sirkuit Mandalika seharusnya berbentuk kubik, tidak pipih, tidak kotor, tidak lunak dan telah melalui tes abrasi.

Oleh karena itu, bebatuan di aspal harus muncul sedikit. Ini bertujuan agar hasil akhir permukaan aspal tidak menjadi licin atau terjadi aquaplaning.

Melihat masalah ini, Purnomo menyebutkan, terdapat dua titik utama di setiap sirkuit yang harus diperbaiki terlebih dahulu.

Baca juga: Hanya Digunakan di 4 Sirkuit Dunia, Ini Teknologi Aspal Sirkuit Mandalika

Pertama adalah di bagian tikungan karena pada saat kecepatan tinggi dan pebalap memasuki tikungan, mereka akan melakukan pengereman mendadak dan menciptakan gesekan dengan tenaga yang luar biasa.

Kedua adalah jalur start karena pada pertandingan balap kendaraan, terlebih pada balap mobil, setiap pebalap akan memberikan dorongan paling besar ke depan di titik itu.

Aspal di lintasan Sirkuit Mandalika usai perhelatan World Superbike pada Minggu (21/11/2021).Kompas.com/Alsadad Rudi Aspal di lintasan Sirkuit Mandalika usai perhelatan World Superbike pada Minggu (21/11/2021).
“Begitu nunggu aba-aba start itu motor dan mobil digas kencang dan dorongan ke depan itu kencang sekali,” tutur Purnomo saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/2/2022).

Oleh karena itu, terjadi gesekan besar yang bisa menyebabkan aspal di kedua bagian tersebut menjadi lebih cepat aus dan terkelupas.

Sedangkan untuk solusinya, pengelola harus mengeruk aspal di bagian tersebut dengan menggunakan power broom atau sapu kawat dan kemudian melapisi ulang aspal dengan campuran batu yang sesuai dengan kriteria.

Pengerukan yang dilakukan juga tidak harus dilakukan secara total, melainkan cukup sedalam 5 sentimeter dari permukaan.

Untuk diketahui, SMA adalah jenis aspal dengan open granded. Artinya, kehalusan permukaaan tidak kontinu seperti hasil hot mix asphalt.

“Untuk menghindari kelicinan yang tinggi, maka permukaannya harus dibuat agak kasar, seperti jeruk sunkist,” ungkap Purnomo.

Karena jumlah batuan yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan aspal, maka tipe aspal harus memiliki daya ikat yang kuat.

Sedangkan Sirkut Mandalika diketahui menggunakan tipe Performance Grade (PG) 82 dengan kemampuan tidak mengalami pemuaian meskipun terpapar temperatur hingga 82 derajat celcius.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com