PEMERINTAH melalui rilis Kemenko Perekonomian meyakini pertumbuhan sepanjang tahun 2021 ditargetkan sebesar 3,7 persen-4 persen (year on year).
Dengan tren Indonesia dalam pemulihan ekonomi nasional, kita bisa berharap tahun 2022 diperkirakan bangkit dan mulai bergegas fokus pada pertumbuhan pasca pandemi Covid-19.
Era urbanisasi berimbas langsung terhadap pola supply chain dan perkembangan industri.
Kawasan aglomerasi megapolitan Jabotabekpujur tak pelak menghadapi tekanan luar biasa dalam mempersiapkan ruang bagi pertumbuhan.
Sebagai pionir urusan kawasan industri, propinsi Jawa Barat memiliki koridor Bekasi- Karawang yang selama ini menjadi pusat pertumbuhan industri manufaktur dan pergudangan nasional.
Dengan hampir 60 persen lebih ekspor impor Indonesia berputar di kawasan ini, memperlihatkan betapa pentingnya fungsi strategis kawasan tersebut.
Sejarah memperlihatkan koridor Bekasi Karawang tumbuh secara sporadis dan by chance. Sangat oportunistik dan berdampak pada akumulasi kekuatan ekonomi terbesar di Indonesia.
Tentu menyisakan masalah besar ketimpangan, kondisi pasokan perumahan dan kualitas perumahan buruh, di antara isu kusut.
Ditambah, laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Jawa Barat tahun 2020 mengalami kontraksi secara signifikan akibat dampak pandemi Covid-19.
Ada dua koridor pengungkit ekonomi baru yang saat ini digadang-gadang, baik oleh pemerintah pusat dan daerah.
Pusat akan mengembangkan Ibu Kota Negara Baru (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Sedangkan Jawa Barat akan mengembangkan kawasan metropolitan baru Rebana di pesisir utara.
Selain merencanakan di kawasan baru, kebijakan pemerintah provinsi yang proaktif dan progresif akan sangat menentukan arah perkembangan ruang industrialisasi Jawa Barat ke depan.
Selama lima tahun terakhir, struktur perekonomian Jawa Barat didominasi oleh lima lapangan usaha yaitu Industri Pengolahan; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; serta Transportasi dan Pergudangan.
PDRB Jawa Barat akibat pandemi tahun 2020 secara nominal menurun sebanyak Rp 36 Triliun dibandingkan 2019.