JAKARTA, KOMPAS.com - Sejatinya keberadaan ruang servis memiliki peranan penting dalam mendukung kegiatan di dalam rumah.
Area servis mencakup dapur, ruang cuci-setrika-jemur, gudang, dan garasi. Menata ruangan tersebut dengan benar akan mengoptimalkan fungsinya.
Sayangnya, dapur sebagai salah satu ruang servis yang memiliki peranan penting untuk mengolah masakan sering dicap kotor dan kerap berada di area belakang rumah.
Umumnya masyarakat memiliki pandangan bahwa keberadaan dapur sebagai daerah belakang, mengacu pada rumah-rumah tradisional yang memiliki kelebihan lahan cukup luas di area belakang.
Dan biasanya, dapur dibiarkan tampil berantakan dengan dalih tidak akan terlihat oleh tamu.
Baca juga: Padu-padankan Warna Dapur Anda dengan Peralatan Stainles Steel
Menurut arsitek sekaligus pengurus Badan Pelestarian Arsitektur IAI Nasional Aditya W Fitrianto, dapur yang berada di belakang rumah mengikuti kebudayaan nenek moyang masing-masing daerah.
Hal ini karena proses memasaknya masih tradisional membutuhkan ruang yang besar, serta tidak menggunakan peralatan canggih seperti sekarang.
Asap yang mengepul ketika memasak berguna untuk menghangatkan tubuh dari dinginnya hawa di sana.
Namun, kini di tengah tuntutan gaya hidup yang semakin praktis, posisi dapur bergeser dan terus mengalami perubahan.
Dapur pun berada di bagian depan rumah, menjadi area yang mudah terlihat dan terkontrol oleh penghuni seperti tata letak ruang di apartemen tipe studio.
Baca juga: Makin Ramai, Wae Rebo Bisa Tergerus Modernisasi
“Perubahan tata letak tersebut didasari pada karakter, gaya hidup dan budaya dari pemilik rumah, serta bertumbuhnya informasi tentang desain ruangan yang mengikuti tren,” ujar Aditya.
Saat ini, mulai banyak orang yang berani menempatkan dapur di bagian depan hunian.
Tujuannya, selain untuk memudahkan akses, juga dapat mencegah orang asing masuk ke rumah terlalu dalam.