Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Tak Tenggelam, Jakarta Bisa Tiru Upaya Tokyo

Kompas.com - 07/10/2021, 06:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Isu soal kawasan pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa, termasuk Jakarta yang berpotensi tenggelam telah mencuat sejak beberapa tahun lalu.

Agar terhindar dari ancaman tersebut, Jakarta bisa mencontoh Tokyo, Jepang, yang telah berhasil menekan laju penurunan muka tanah atau land subsidence.

Balai Litbang Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan Kementerian PUPR Pulung Arya Pranantya mengatakan, bahwa timnya telah mendapat kesempatan untuk melihat di Tokyo.

"Tokyo melakukan upaya mitigasi dan adaptasi, jadi mereka melakukan keduanya. Tidak hanya melihat satu sisi saja misalnya penggunaan air tanah," katanya dalam diskusi virtual pada Rabu (06/10/2021).

Baca juga: Alih-alih Sumur Resapan, Jakarta Bisa Tiru Tokyo Bangun Parthenon

Menurut dia, Tokyo memiliki kondisi geologi yang mirip dengan Jakarta, yaitu kota di delta.

"Jakarta ini kan delta ya, Tokyo juga delta, jadi setting geologinya mirip," ucapnya.

Pulung menyampaikan, ada beberapa upaya yang dilakukan Tokyo untuk menekan penurunan muka tanah. Pertama, membangun tanggul sungai dan tanggul pantai.

"Jadi mereka membuat tanggul sangat besar, untuk mencegah air naik ke daratan. Baik dari sungai maupun pantai," terangnya.

Kedua, Ibu Kota Negeri Sakura itu juga melakukan monitoring. Pemantauannya juga tergolong sangat baik. Ketiga, melakukan penghentian penggunaan air tanah.

"Ini (penghentian penggunaan air tanah) yang kita bahas sampai sekarang. Memang diperlukan, tapi jangan melihat satu sisi ini saja, melainkan juga sisi dan upaya lain untuk menekan laju land subsidence," jelasnya.

Keempat, Tokyo membuat bangunan pengendali banjir, yakni Underground Discharge Channel yang merupakan storage bawah tanah di bagian hulu.

Baca juga: 31 Proyek Properti Berdiri di Wilayah yang Tanahnya Turun Paling Tajam

Mereka membangunnya dengan ukuran besar, sehingga air dari hulu pada saat banjir masuk ke dalam, kemudian di lepas perlahan.

"Dengan Underground Discharge Channel ini, mereka bisa punya storage dan simpanan air baku," tukasnya.

Namun, menurut Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Robert Delinom, saat ini Indonesia atau khususnya Jakarta masih sulit meniru Tokyo.

"Kita susah melakukan apa yang seperti di Tokyo, bukan persoalan biaya modal infrastruktur saja, tapi kita belum memiliki kedisiplinan," katanya.

Sehingga, untuk saat ini belum sampai pada tahap seperti Tokyo, tapi tidak menutup kemungkinan beberapa tahun ke depan.

"Bangunan bawah tanah itu (di Tokyo) memang besar, tapi sampai sekerang belum pernah digunakan, karena di daratan manajemennya sudah bagus," tuntas Robert.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com