Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pemanfaatan Air Tanah, BRIN Akan Belajar dari Tokyo

Kompas.com - 06/10/2021, 18:33 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) akan belajar dari Tokyo, Jepang, terkait penanganan land subsidence atau penurunan muka tanah.

Salah satunya, mencoba melakukan kajian tentang pemanfaatan tanah sebagai penampung air hujan. Untuk menekan berkurangnya air tanah yang bisa mengakibatkan land subsidence.

"Kami ingin mencontoh Tokyo dan negara-negara Eropa lainnya tentang pemanfaatan tanah untuk menyimpan air hujan," kata Profesor Riset bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Eddy Hermawan dalam diskusi virtual pada Rabu (06/10/2021).

Menurut dia, hal tersebut merupakan upaya alami dan patut dilakukan. Tanpa mengabaikan pentingnya sarana infrastruktur lainnya untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat.

"Jadi, tidak sembarang orang ngebor, membuat sumur. Tidak ada penggunaan air tanah secara liar," ujarnya.

Baca juga: Jakarta Potensial Tenggelam, Peneliti LIPI Rekomendasikan 3 Zona Pembangunan

Eddy menjelaskan, upaya tersebut juga perlu peran Pemda. Kaitannya mengkoordinir pemanfaatan air hujan dan penggunaan air tanah di masyarakat.

"Pemerintah mengordinasi air tanah itu, kemudian dimasukkan lagi (airnya), kemudian dipakai lagi. Jadi dibuat secara manajemen yang baik," tuturnya.

Sehingga, masyarakat tidak leluasa dan terkesan liar dalam penggunaan air tanah. Akan tetapi, mereka tetap bisa mendapatkan air dengan mudah.

"Memang sudah saatnya berevolusi menjadi modern city seperti negara-negara itu," tandasnya.

Sementara itu, Profesor Riset bidang Geoteknologi-Hidrogeologi LIPI Robert Delinom menambahkan, upaya tersebut juga memungkinkan diterapkan.

"Karena dengan akuifer penuh, air dari (struktur tanah) lempung tidak masuk ke akuifer. Sehingga tidak terjadi penurunan muka tanah," katanya.

Faktor kunci untuk menekan penggunaan air tanah secara liar yakni kedisplinan.

Baca juga: Amankah Beli Rumah di Pluit yang Disebut Paling Parah Penurunan Muka Tanahnya?

"Selama ini kita tidak disiplin dengan apa yang diketahui. Sehingga menyebabkan ancaman yang akan terjadi saat ini," ujarnya.

Sedangkan masyarakat Jepang sangat disiplin. Pemerintah nya juga melakukan pemantauan dan pemanfaatan dengan baik.

"Di Tokyo saat ini air tanah melimpah," cetusnya.

Robert menambahkan, di sejumlah wilayah di Jakarta sedianya juga sudah ada tempat untuk menampung air hujan, namun pemanfaatannya yang belum maksimal.

"Jadi tingggal memanfaatkan saja. Ke depannya patut diseriusi lagi," tuntas Robert.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com