Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan FPSA Urai Persoalan Sampah di Jakarta

Kompas.com - 14/09/2021, 16:00 WIB
Muhdany Yusuf Laksono,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sampah rumah tangga menjadi penyumbang limbah terbesar di DKI Jakarta. Hal itu berdasarkan laporan terbaru Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITB.

Laporan yang menggunakan metode sampling di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang menunjukkan 45,5 persen limbah merupakan sampah makanan atau sampah rumah tangga.

Hasil tersebut sejatinya tidak mengagetkan. Sebab jumlah penduduk DKI Jakarta pada 2020 mencapai 10,6 juta. Sementara di Jabodetabek sejumlah 30 juta orang.

Penduduk Jakarta dan sekitarnya menyumbang lebih dari 14.000 meter kubik sampah rumah tangga per harinya ke TPST Bantar Gebang dan 8 pembuangan akhir lainnya.

Baca juga: Pemerintah Bangun TPA Sampah di Perbatasan Indonesia-Malaysia

Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga menunjukkan jumlah timbulan sampah di TPST Bantar Gebang terus meningkat. Pada 2014 sebanyak 5.665 ton per day (tpd), kemudian naik menjadi 7.424 tpd pada 2020.

Sehingga terjadi kenaikan timbunan sampah sebanyak 30 persen dalam 5 tahun. Bahkan DLH DKI Jakarta memprediksi TPST Bantar Gebang akan mengalami kelebihan muatan tahun ini.

Oleh sebab itu, Pemprov DKI Jakarta melakukan upaya strategis untuk mengurangi dan menangani persoalan sampah.

Yakni dengan memberikan tugas kepada Perumda Sarana Jaya untuk membangun Fasilitas Pengolahan Sampah Antara (FPSA) di dalam kota.

Direktur Utama Perumda Sarana Jaya Agus Himawan mengatakan, pada tahap awal pihaknya akan membangun FPSA Tebet di lahan relokasi depo sampah Taman Honda Tebet.

Rencananya dibangun sesuai dengan peruntukkan tata ruang yang dapat diakses publik dan terintegrasi dengan area publik, rekreasi edukasi, berolahraga, dan ruang terbuka hijau.

"FPSA Tebet tidak hanya menjadi solusi untuk pengelolaan sampah ramah lingkungan dan bertanggung jawab, tapi untuk mendukung kebutuhan masyarakat akan fasilitas ruang terbuka hijau," urai Agus dalam keterangan tertulis pada Senin (13/09/2021).

Menurut dia, FPSA Tebet akan menggunakan teknologi pengelolaan sampah ramah lingkungan yakni alat pemusnah sampah hydrodrive. Notabene digunakan di beberapa negara maju seperti Jepang, Australia, dan Austria.

Sebab, menurut data dari Eurostat, pada 2019 tren penggunaan teknologi alat pemusnah sampah hydrodrive terus meningkat sejak tahun 1995 sampai 2019.

"Peningkatan di 12 persen menjadi 27 persen penggunaan insinerator," ucap Agus.

Namun, poin penting selama 25 tahun itu, tercatat lebih dari 1 miliar ton sampah di Eropa yang berhasil dimusnahkan dengan teknologi tersebut.

Sehingga, teknologi alat pemusnah sampah hydrodrive mampu mengurangi residu sampah hingga tersisa hanya 10 persen dan efisien dari segi operasional.

"Dengan begitu, FPSA Tebet dapat memastikan kenyamanan, kebersihan dan kesehatan masyarakat sekitar dan mitigasi risiko bau, asap, bising, dan banjir," tutup Agus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com