Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsep Arsitektur Berubah dari Masa ke Masa Mengikuti Pandemi

Kompas.com - 14/07/2021, 06:00 WIB
Masya Famely Ruhulessin,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai pandemi ternyata turut mengubah konsep arsitektur dunia dari masa ke masa.

Hal ini disampaikan oleh arsitek Rekotomo Prasetyo dalam acara ngobrol bareng Prolab Property Kembali Menjawab (PPKM), Senin (12/7/2021).

“Pandemi membentuk perubahan dan fungsi dalam sebuah desain hunian dan selebihnya mengubah lanskap sebuah kota,” ujarnya.

Saat pandemi kolera dan tifus pada abad ke-19, muncul regulasi yang mengharuskan tiap hunian memiliki toilet.

Kemudian di rumah sakit, ada terobosan kenop pintu dari material kuningan yang dikenal bersifat anti-bakteri.

Baca juga: Mengintip Arsitektur Kota Livorno, Kampung Halaman Kapten Tim Azzurri

Beda lagi pada saat terjadinya pandemi tuberculosis tahun 1820. Hunian yang menjadi tempat isolasi para penderita didesain memiliki bukaan tinggi dan lebar agar cahaya dapat masuk.

Prasetyo menerangkan, perubahan perilaku manusia selama masa Covid-19 sekarang juga turut memengaruhi desain sebuah bangunan.

Misalnya hunian yang ditawarkan oleh pengembang harus memiliki sarana olahraga dan area untuk berjemur.

Kemudian fleksibilitas ruangan dalam hunian yang bisa digunakan sebagai kantor serta wajib memiliki bukaan terutama ke arah matahari pagi.

“Material bangunan pada masa pandemi ini akan lebih cenderung kepada material yang anti-bakteri. Sementara fasilitasnya akan lebih digital dan bisa dikendalikan langsung dari smart phone,” jelas Rekotomo.

Tak hanya hunian pribadi yang berubah, desain kantor, rumah sakit hingga lanskap kota pun akan turut berubah.

Di kantor misalnya, jarak antar-karyawan akan diatur semakin melebar demi memastikan kesehatan dan keamanan masing-masing, serta lebih banyak ruang terbuka. 

Sementara untuk rumah sakit, material konstruksinya akan diperbarui menjadi material yang bisa cepat dikerjakan sebab kebutuhan rumah sakit semakin meningkat.

“Desain lanskap kota secara keseluruhan juga akan berubah. Ruang-ruang terbuka akan lebih sedikit untuk menghindari terjadinya kerumunan,” pungkas Rekotomo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com