Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Belajar Komunikasi Budaya dari Jungkook BTS

Kompas.com - 24/11/2022, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Ayu Pravita Sari*

AJANG Piala Dunia (FIFA World Cup) 2022 baru saja dimulai. Salah satu yang membuat gempar perhelatan ini adalah hadirnya penyanyi Jungkook pada Opening Ceremony di Stadion Al Bayt Qatar.

Personel grup vokal asal Korea Selatan Bangtan Sonyeondan atau BTS tersebut berhasil menjadi pengisi soundtrack resmi World Cup berjudul “Dreamers”.

Jungkook membawakan lagu tersebut secara langsung bersama penyanyi lokal Qatar, Fahad Al-Kubaisi. Kolaborasi dua penyanyi berbeda negara tersebut sukses memukau publik dunia.

Kesuksesan Jungkook di panggung piala dunia mendapat perhatian karena pertama kalinya penyanyi Asia tampil membawakan lagu resmi Piala Dunia.

Hal ini tentu tidak lepas dari track record yang sudah dibangunnya bertahun-tahun bersama BTS melalui musik K-Pop. Sebuah keberhasilan dari komunikasi antarbudaya yang telah memikat ribuan hati penggemarnya.

Jungkook tampil tanpa cela dengan pembawaan, kostum, dan ciri khasnya yang selama ini dikenal oleh K-Popers.

Pada pembukaan Piala Dunia tersebut Jungkook menjadi representasi tidak adanya batas budaya antarwarga dunia.

Komunikasi antarbudaya merupakan proses pertukaran “pesan” yang terjadi antara orang-orang yang memiliki kebudayaan berbeda-beda, baik ras, etnik, sosial ekonomi, maupun gabungan dari semua hal tersebut.

Komunikasi antarbudaya terus berkembang, apalagi saat ini orang dapat dengan leluasa berkomunikasi karena adanya perkembangan teknologi.

Peran bahasa sangat penting dalam komunikasi antarbudaya. Namun hal tersebut tidak menjadi hal utama lagi.

Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya dapat dilakukan salah satunya melalui pertukaran sistem simbol.

Kini telah terjadi pergeseran dalam hal pemaknaan pesan dari komunikator kepada komunikan.

Dalam hal ini, bahasa bukanlah faktor paling penting dalam komunikasi antarbudaya. Dengan bahasa asli penutur pun dapat memberikan “pesan” yang dapat diterima khalayak.

Komunikasi budaya yang awalnya bertujuan dapat saling memahami perbedaan antarindividu dan meminimalkan konflik akibat kesalahpahaman, kini memiliki dampak yang lebih potensial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com