Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Charles III Disebut Pernah Marah pada Trump gara-gara Menghina Putri Diana dan Kate Middleton

Kompas.com - 11/11/2022, 09:38 WIB
Rintan Puspita Sari

Penulis

KOMPAS.com- Komentar Donald Trump tentang foto-foto telanjang Kate Middleton berjemur pada tahun 2012 disebut telah membuat marah Pangeran William, Pangeran Harry dan Raja Charles.

Ini diungkap oleh Christopher Andersen, penulis biografi kerajaan "The King: The Life of Charles III," yang telah dirilis di Inggris pada 8 Desember.

Sebelumnya, Andersen juga pernah menulis "Brothers and Wives: Inside the Private Lives of William, Kate, Harry, and Meghan."

Dalam karya terbarunya, Andersen menyentuh hubungan Charles dengan Donald Trump, bertahun-tahun sebelum Trump terpilih sebagai presiden.

Menurut kutipan yang dibagikan oleh Newsweek, hubungan buruk antara kerajaan dan Trump mencapai titik didih ketika mantan presiden Amerika Serikat itu menulis twit tentang Middleton.

Baca juga: Raja Charles III Disebut Menyesali Hal Ini di Pemakaman Putri Diana

Trump mengatakan Middleton hanya bisa "menyalahkan dirinya sendiri" untuk majalah Prancis Closer yang menerbitkan foto-foto berjemurnya tanpa busana pada tahun 2012.

"Dia seharusnya tidak berjemur dengan telanjang," tulis Trump saat itu.

"Siapa yang tidak akan memotret Kate dan menghasilkan banyak uang jika dia berjemur telanjang. Ayolah Kate!," tulisnya.

Kemudian dalam bukunya, Andersen menulis, kritik Trump pada Kate direspons oleh Charles dan dua putranya, yang kemudian diungkap oleh kepala pelayan Clarence House, kediaman Charles. 

"Kritik Trump terhadap Kate menghasilkan apa yang disebut kepala pelayan Clarence House sebagai 'semburan kata-kata kotor' dari Pangeran Charles dan putra-putranya," tulisnya. 

Penulis yang pernah menjadi editor senior majalah People itu juga mengklaim bahwa komentar Trump itu bukan pertama kalinya memicu kemarahan para bangsawan Inggris.

Baca juga: Kate Middleton dan Camilla Dikabarkan Terlibat Perang Dingin, Kenapa?

Andersen menulis bahwa Charles kecewa setelah Trump salah mengeja gelarnya sebagai "Pangeran Paus" di Twitter pada 2019.

Menurut BBC, mantan presiden Amerika itu turun ke platform media sosial untuk mengatakan dia bertemu dengan "pemerintah asing" setiap hari.

Selain itu, Andersen menambahkan tentang komentar seksual Trump terhadap Putri Diana beberapa bulan setelah kematiannya pada tahun 1997 juga tidak diterima dengan baik oleh keluarga kerajaan.

Selama wawancara radio dengan Howard Stern, Trump mengatakan dia "bisa" bersama Diana jika dia mau, tetapi hanya jika dia setuju untuk dites HIV, majalah People melaporkan.

"Itu tidak membantu bahwa Trump secara agresif mengejar Putri Diana setelah perceraiannya dan kemudian mengklaim di sebuah program radio bahwa dia bisa 'mendapatkannya jika saya mau,' tetapi hanya jika dia lulus tes HIV ,” tulis Andersen.

Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 2017, para bangsawan juga tampaknya mencoba untuk "menghalangi" rencana kunjungan Trump ke Inggris.

Dalam bukunya, Andersen mengklaim bahwa Raja Charles dan kedua putranya "mematikan saluran telepon antara Clarence House dan Istana Kensington, dengan ketiga pangeran setuju untuk bekerja di belakang layar untuk mencegah kunjungan Trump."

Terkait hal ini, seorang juru bicara keluarga kerajaan tak mau menanggapi klaim buku tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com