BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Mola

Hadirkan Satir dan Komedi Gelap di Medan Perang, Catch-22 Tayang Ekslusif di Mola

Kompas.com - 23/07/2021, 10:25 WIB
Yogarta Awawa Prabaning Arka,
Agung Dwi E

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pencinta film atau serial televisi (TV) perang pasti sudah mafhum dengan jalan cerita heroik dari tokoh utamanya. Sebut saja tokoh utama pada film Rambo, Hacksaw Ridge, Fury, Save Private Ryan, dan The Hurt Locker.

Film-film tersebut menampilkan tokoh utama yang berjuang demi negaranya. Dengan kata lain, tokoh utama di film-film tadi identik dengan sosok pahlawan atau hero.

Meski demikian, tidak semua film atau serial TV perang identik dengan hero, lho. Ada juga karya sineas bergenre perang yang menampilkan sosok antihero pada tokoh utamanya. Contohnya saja serial TV tentang Perang Dunia II, Catch-22, yang tayang di Mola.

Serial TV Catch-22 berpusat pada tokoh Kapten John Yossarian yang diperankan oleh Christopher Abbot. Cerita bermula saat Yossarian masih menjalani pendidikan taruna angkatan udara di Lapangan Udara Santa Ana, California, Amerika Serikat (AS).

Yo-Yo, panggilan akrab John Yossarian, bersama delapan temannya kerap gagal membuat formasi baris-berbaris yang sempurna, walau telah berlatih selama sebelas pekan. Hal ini membuat Kolonel Scheisskopf yang diperankan oleh George Clooney berang kepada mereka.

Sisi memberontak Yo-Yo diperlihatkan pada awal cerita saat ia berani menjalin hubungan dengan Marion (Julie Ann Emery), istri dari Kolonel Scheisskopf.

Walau tergolong berani melawan Kolonel Scheisskopf, kesembilan orang itu tetap dinyatakan lulus dari taruna. Dua bulan kemudian, mereka langsung dikirim bertugas ke Lapangan Udara Pianosa yang merupakan Pangkalan Udara AS di Italia. Selama bergabung dengan korps Angkatan Udara, Yo-Yo berperan sebagai pelontar bom di skuadron pesawat tempur bomber.

Pria berusia 28 tahun itu mengalami pengalaman traumatis selama bertugas sebagai pelontar bom. Ia kerap melontarkan kata “Kristus” saat melihat kengerian perang udara.

Pada beberapa kesempatan, Yo-Yo berupaya meyakinkan dokter skuadron Daneeka (Grant Heslov) dan perawat Ann Ducket (Tessa Ferrer) bahwa dirinya mengalami keluhan penyakit yang cukup serius sehingga tak dapat bertugas. Namun, upayanya selalu gagal karena nyatanya kondisi tubuhnya masih fit.

Selama bertugas di Pianosa, Yo-Yo harus menyelesaikan 25 misi untuk bisa keluar dari sana. Ia hanya butuh sembilan misi lagi untuk menuntaskan tugas di Angkatan Udara dan kembali ke kampung halamannya.

Sayangnya, kedatangan Kolonel Cathcart (Kyle Chandler) yang menggantikan Kolonel Copeland membuat mimpi Yo-Yo untuk pulang harus kandas. Sang Kolonel yang ambisius itu meningkatkan jumlah misi pasukan angkatan udara di Pianosa, dari yang semula berjumlah 25 menjadi 30 misi.

Muak dengan hal tersebut, Yo-Yo menemui dr Daneeka untuk mengungkapkan keinginannya berhenti dari dinas di Pianosa. Ia mengaku memiliki gangguan mental sehingga layak berhenti dari dinas ini.

Namun, permintaan Yo-Yo lagi-lagi kandas karena terganjal aturan kedinasan yang memiliki muatan paradoks bernama Catch-22.

Peraturan tersebut menyatakan, siapa pun yang pergi terbang untuk berperang sebenarnya merupakan orang yang tidak waras. Namun, apabila orang tersebut tersadar dan meminta agar tidak bertempur, orang tersebut dapat dinyatakan waras. Jadi, mereka harus ikut berperang.

Aturan paradoks itu membuat setiap tentara yang berada di sana tak punya pilihan selain terus melontarkan misil sampai musuh menyerah. Meski demikian, Yo-Yo tak menyerah untuk berupaya keluar dari Pianosa.

Ia mengubah peta hasil penaklukan divisi infanteri ke-10 sampai ke Bologna. Tujuannya, supaya korps udara tak perlu melakukan misi itu. Namun, kabar hoaks itu berakibat fatal karena membuat Mayor De Coverley (Hugh Laurie) pergi ke Bologna seorang diri. Ia pun memasuki gedung yang dipenuhi serdadu Jerman. Akibatnya, Mayor De dilaporkan hilang sehingga masuk daftar missing in action.

Hilangnya Mayor De Coverley membuat Kolonel Cathcart marah besar. Ia menaikkan jumlah misi yang harus dilakukan pasukan angkatan udara di Pianosa secara berturut-turut mulai dari 30, 40, sampai 55 misi. Hal ini dilakukan supaya pelaku yang mengubah wilayah penaklukan mau menyerahkan diri.

Lalu, bagaimana kelanjutan nasib Yo-Yo di Pianosa? Apakah ia bisa keluar dari sana dengan selamat? Anda bisa menyaksikan kelanjutan ceritanya melalui serial TV Catch-22 di Mola, baik melalui situs web https://mola.tv/ maupun aplikasi di perangkat Android dan iOS.

Satir dan komedi gelap yang kontekstual pada masa sekarang

Yo-Yo bersama prajurit lainnya. (DOK. Mola). Yo-Yo bersama prajurit lainnya.
Serial Catch-22 diadaptasi dari novel berjudul sama karya Joseph Heller yang terbit pada 1961. Untuk diketahui, Catch-22 merupakan novel yang cukup diperhitungkan. Oleh Majalah Time, Catch-22 masuk dalam daftar 100 novel terbaik berbahasa Inggris yang terbit pada periode 1923 sampai 2005.

Walau diangkat dari novel klasik, adaptasi serial Catch-22 tetap terasa relevan karena menampilkan tema yang relatif universal, yakni birokrasi lebih mematikan dari musuh. Berangkat dari premis ini, tokoh utama Yo-Yo harus berjibaku dengan aturan dinas kemiliteran yang lebih menakutkan dibandingkan harus berhadapan dengan tentara Jerman.

Hal tersebut membuat Yo-Yo menjadi sosok antihero yang sebisa mungkin keluar dari medan perang. Sepanjang seri, penonton akan diajak memasuki kondisi psikologis Yo-Yo yang harus berjibaku dengan tugas perang dalam kondisi enggan bertempur.

Sikap antihero Yo-Yo di medan perang membawanya pada situasi absurd yang tak bisa hindari. Satu-satunya cara yang bisa ia lakukan adalah terus berperang sampai misi selesai atau mati di peperangan. Dualitas hidup atau mati menjadi tema yang begitu universal dalam kehidupan seorang prajurit.

Dalam serial Catch-22, kompleksitas birokrasi memaksa setiap orang yang terlibat di medan perang melebur dalam satu tujuan besar, yakni memenangkan perang. Jadi, prajurit yang sudah terlibat di medan perang tidak bisa lari, selain mati karena berperang.

Meski merupakan kisah fiksi, serial Catch-22 menampilkan tema yang realistis, khususnya sisi gelap dunia militer. Hal ini digambarkan lewat invasi yang dilakukan tentara AS di Italia selama Perang Dunia II. Walau menjadi sosok antihero, Yo-Yo terpaksa harus ikut berperang sebagai konsekuensi dirinya sebagai prajurit.

Di dunia nyata, mungkin terdapat banyak sosok seperti Yo-Yo. Orang-orang yang membenci peperangan, tapi terpaksa terjun ke medan perang karena negara mewajibkan.

Mendapat rating yang cukup tinggi

George Clooney berperan sebagai Kolonel Scheisskopf. (DOK. Mola). George Clooney berperan sebagai Kolonel Scheisskopf.

Sebagai informasi, serial TV Catch-22 digarap oleh tiga sutradara secara bergantian, yakni George Clooney, Grant Heslov, dan Ellen Kuras. George Clooney menjadi sutradara untuk Catch-22 episode 4 dan episode 6, sementara Grant Heslov menjadi sutradara untuk episode 1 dan episode 5. Ellen Kuras menjadi sutradara untuk episode 2 dan episode 3. Selain sebagai sutradara, George Clooney juga terlibat sebagai pemain dan eksekutif produser.

Sementara, cerita serial tersebut ditulis dan dikembangkan oleh scriptwriter nominator Oscar, Luke Davies, dan David Michod. Keduanya berhasil menyuguhkan nuansa satir dan komedi gelap yang kental sepanjang cerita.

Secara umum, serial TV Catch-22 mendapat penilaian yang positif dari para penonton dan kritikus film. Serial ini mendapatkan rating 84 dari kritikus dan 82 dari penonton di situs Rotten Tomatoes. Sementara itu, IMDB memberikan nilai 7,8 dari 10.

Selain cerita satir dan komedi gelap yang memikat, akting para aktor dan aktris yang membintangi Catch-22 juga patut diacungi jempol. Christopher Abbot yang memerankan sosok Yo-Yo mampu menghidupkan karakter tersebut secara realistis. Naik dan turunnya emosi Yo-Yo di medan perang dapat ditampilkan secara natural oleh Abbot di sepanjang seri Catch-22.

Selain Abbot, akting George Clooney dan Kyle Chandler sebagai sosok antagonis dalam serial tersebut juga patut dipuji. Persinggungan kedua sosok tersebut dengan Abbot mampu menggerakkan jalannya cerita sehingga lebih intens dan dramatis menuju klimaks.

Akting Kyle Chandler sebagai Colonel Cathcart membuat seri awal Catch-22 memacu ketegangan penonton lewat konfrontasinya dengan Abbot. Saat peran Chandler mulai melunak pada pertengahan seri, muncullah George Clooney sebagai Mayor Scheisskopf yang meningkatkan intensitas cerita. Sosok Mayor Scheisskopf yang tak kenal kompromi membuat penderitaan Yo-Yo mencapai klimaks di akhir seri.

Dari segi latar, Catch-22 mengajak penonton mengarungi suasana Italia pada Perang Dunia II, mulai dari rumah dan gedung, properti, wardrobe, sampai pesawat tempur yang digunakan. Latar tempat yang dipadukan dengan warna gambar kuning kecoklatan membuat kesan klasik begitu tampak dalam serial ini.

Untuk sinematografi, serial Catch-22 menggunakan jasa Martin Ruhe. Sebelumnya, ia menjadi sinematografer berbagai film beken, seperti Control (2007), Harry Brown (2009), The American (2010), The Keeping Room (2014), Run All Night (2015), dan American Pastoral (2016).
Melalui sentuhan Ruhe, serial Catch-22 juga memiliki kesan modern, walau latar filmnya bernuansa klasik.

Selain itu, scoring musik dari duet komposer bersaudara Harry dan Rupert Gregson-Williams mampu memanjakan pendengaran penonton dari setiap scene film, mulai dari adegan pertempuran, konyol, hingga yang penuh ketegangan.

Semua keseruan unsur yang padu tersebut membuat serial TV Catch-22 layak untuk ditonton, terlebih bila Anda menyukai mini seri bergenre satir dan komedi gelap. Saat ini, keenam episode Catch-22 bisa Anda saksikan langsung di Mola.


Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com