Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marshel Widianto, Banjir Pekerjaan Saat Masa Pandemi hingga Cerita Haru Mendiang Ayah

Kompas.com - 20/11/2020, 12:07 WIB
Vincentius Mario,
Andi Muttya Keteng Pangerang

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Perpaduan antara tragedi yang dibalut komedi membuat Marshel Widianto berbeda dengan komika lainnya.

Kekhasan yang dipadukan dengan perawakannya yang terkesan santai, membuat dirinya dapat dengan mudah diterima di dunia lawak Tanah Air.

Di balik itu semua, Marshel ternyata menyimpan cerita haru tentang kepergian sang ayah.

Berikut fakta yang telah dirangkum Kompas.com tentang Marshel Widianto:

Baca juga: Marshel Widianto: Bokap Gue Tetap Bisa Nafkahi Keluarga meski Sudah Tiada

1. Banjir pekerjaan di masa pandemi, Marshel akui kurang darah

Bekerja di masa pandemi tentu harus dibarengi dengan perlindungan diri dari virus Covid-19 yang terus mengancam.

Sebagai komedian, ketika ingin tampil Marshel terus diharuskan mengecek keadaan tubuh dengan Rapid Tes.

Dengan nada kelakar, pria 24 tahun ini mengaku sampai kekurangan darah.

“Karena banyak job, kita tiap tiga hari sekali rapid tes. Duit boleh banyak, tapi darah berkurang. Kita di-rapid mulu,” kata Marshel disambut tawa Denny Cagur, dikutip Kompas.com dari kanal YouTube DENNY CAGUR TV, Kamis (19/11/2020).

Baca juga: Cerita Haru di Balik Pintu Rumah Marshel Widianto yang Baru Diganti

2. Cerita haru di balik pintu rumah yang baru diganti

Karena akting dan komedinya yang selalu mengundang gelak tawa, Marshel kian dibanjiri pekerjaan.

Sebagian besar hasil pekerjaannya dia gunakan untuk merenovasi rumah orangtua yang ada di Kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Menariknya, Marshel ternyata menyimpan cerita haru di balik pintu rumahnya yang baru diganti menjadi dua daun pintu.

Menurut dia, pintu rumah yang baru diganti seperti telah ditakdirkan.

Baca juga: Banjir Pekerjaan di Masa Pandemi, Marshel Widianto: Duit Banyak tapi Darah Berkurang

“Awal-awal bapak kemari kan pintu masih satu daun, nah saya disuruh renov dan jadi dua daun pintu,” ungkap Marshel.

Ternyata, permintaan tersebut adalah pesan terakhir ayahnya sebelum meninggal dunia.

“Pas bapak meninggal, dan karena sudah direnov pintunya, peti matinya bisa masuk,” ujar Marshel dengan nada sedih.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com