Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Tompi terhadap Perfilman Indonesia, Soroti Kurangnya Riset

Kompas.com - 14/08/2020, 09:00 WIB
Rintan Puspita Sari,
Andika Aditia

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Terjun ke industri film, Tompi merasakan ada yang tidak tepat dalam beberapa hal di dalamnya, mulai dari royalti, pemain, penulis naskah hingga produser.

Dalam vlog Marten & Friends berjudul "TOMPI- Ada yang Salah dari Perfilman di Indonesia", Tompi menyampaikan beberapa kritik terhadap perfilman Indonesia, tapi kritiknya ini juga disebut termasuk untuk dirinya sendiri sebagai pelaku yang ada di dalamnya.

Sentil produser

Menurut Tompi, di Indonesia produser memiliki peran penting bagaimana eksekusi akhir sebuah film bisa menarik atau tidak.

Bisa saja, saat proses produksi semua berjalan lancar, tapi memiliki akhir yang sesuai dengan selera produser. 

Baca juga: Kritik Film Habibie, Tompi: Nanti Gempi Pikir Habibie Mukanya kayak Reza Rahadian

"Di Indonesia ini, di industrinya masih sangat disetir produser. Proses syuting bagus, semua bagus, produsernya bapuk, film akhirnya jadi bapuk gara-gara dia bongkar sendiri," ujar Tompi.

Tompi memberikan contoh-contoh penyuntingan film yang menurutnya tak masuk akal.

Seperti syuting di bawah jembatan tapi wajah pemainnya terlihat bersinar.

"Lampu dari mana? Surga?" kata Tompi disertai tawa. 

Baca juga: Tompi Bicara Keinginan Terjun ke Politik dan Alasan Mundur dari Pilkada

Pemilihan pemain

Tak luput yang menjadi kritik Tompi adalah soal pemain. Terkadang demi mengejar aktor yang sedang populer, industri film tak segan memaksakan menyertakan bintang tersebut dalam sebuah produksi film.

"Sebuah karakter mukanya muka Jawa, bapak ibunya bisa satu China satu Ambon, cuma gara-gara ngejar artisnya lagi naik daun, harus dia nih," ucapnya.

Penulis naskah kurang melakukan riset

Tompi memberikan contoh adegan film Perempuan Tanah Jahanam. Di mana, terdapat adegan memotong bagian payudara kemudian menjemurnya.

"Dari segi script, saya melihat masih banyak script writer kita itu yang malas research, jadi biasanya, hal-hal sederhanalah, kalau sudah ngomong medis lu harus baca, enggak bisa enggak, kan lu enggak ngerti medis," ucapnya. 

Baca juga: Kritik Tompi terhadap Film Indonesia: Penulis Naskah Harus Lakukan Riset

Tompi menyoroti ketidakmasukakalan dalam film Perempuan Tanah Jahanam yang digarap sutradara Joko Anwar, walaupun mendapat kesan dramatis, tapi ada yang salah dalam adegan itu.

"Itu kejadian enggak? Kulit kita begitu dipotong langsung mengkeret, harusnya nanya dong. Itu kan research ya," kata Tompi.

Royalti pemain film

Dia juga menyoroti soal sistem royalti di industri film. Di mana, setiap kali film diputar selama bertahun-tahun, hanya produser yang menikmati royaltinya.

"Setiap film diputar produsernya kipas-kipas duit, yang lain apa kabar? Banyak pemain-pemain yang dulu sempat jaya, banyak yang sekarang susah, enggak pernah dapat royalti," kata Tompi. 

Baca juga: Dukung Pemerintah, Tompi: Niatnya Baik, Hanya Cara Komunikasinya Tak Tepat

Tidak kompaknya para pemain untuk tidak mau memperbaiki sistem pembayaran di awal itu akhirnya membuat hanya produser yang bisa menikmati royalti.

Padahal, jika royalti dijalankan dengan benar, setiap film diputar lagi, pemain yang terlibat di dalamnya juga bisa mendapatkan hasil tersebut.

"Apa gunanya (honor) Rp 500 juta kalau film itu masih diputar 10 tahun, kalau dihitung bisa dapat lebih gede (dengan sistem royalti)," jelas Tompi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com