Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roy Marten: Zaman Dulu Makan Telur, Oh Jangan Harap

Kompas.com - 11/07/2020, 19:25 WIB
Firda Janati,
Tri Susanto Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Aktor senior Roy Marten menceritakan masa lalu saat dia masih tinggal di Salatiga, Jawa Tengah.

Roy Marten memulai ceritanya dengan membahas soal ekonomi yang terjadi saat Soekarno masih menjabat sebagai Presiden Indonesia Pertama.

Baca juga: Roy Marten Pernah Ditato Gratis di Penjara

Zaman hari ini setiap orang Indonesia, bisa makan ayam, makan telur tiap hari bisa. Zaman dulu kalau makan telur, oh jangan harap, telur itu dimakan satu itu tidak mungkin, hampir tidak mungkin,” kata Roy Marten di kanal Marten and Friend dikutip Kompas.com, Sabtu (11/7/2020).

Zaman dulu, pembagian telur pada saat pesta menandakan kelas ekonomi sebuah keluarga.

Baca juga: Roy Marten Ingatkan Gading Marten Hindari Narkoba: Jangan Pernah Coba!

“Telur, kalau ada pesta, dibagi dua itu orang kaya, kalau dibagi empat itu orang sedang, kalau orang bawah telur dibagi delapan atau enam dan itu telur Jawa, telur kampung,” kata Roy Marten.

Roy mengatakan, orang Indonesia sekarang bisa langsung ternak ayam sampai ribuan ekor, berbeda dengan zaman dulu.

Baca juga: Keseruan Roy Marten dan Putranya Mengobrol dengan Tessy serta Polo Srimulat

“Kalau Papa enggak bisa (makan ayam, telur setiap hari), karena apa, ayam Jawa, ayam kampung itu enggak bisa diternak, begitu ditandain enggak bertelur, disuruh bertelur enggak mau ngambek,” tutur Roy.

Terdiri dari enam bersaudara, Roy menuturkan saat itu keluarganya masih terbilang berkecukupan.

Baca juga: Tessy Srimulat: Dulu Roy Marten Rebutan Cewek sama Aku

“Kita termasuk cukuplah, tapi enggak setiap hari,” ujarnya.

Keseruan masih berlanjut ketika Roy mengatakan, mengonsumsi daging ayam dibutuhkan tiga peristiwa besar.

Baca juga: Reaksi Mengejutkan Roy Marten Saat Dipanggil Om oleh Tessy

“Pertama, Lebaran, Lebaran semua makan ayam, sebuah kemewahan bisa makan ayam. Yang kedua kalau kita sakit,supaya mau makan, kan enggak doyan makan. Yang ketiga adalah kalau ayamnya yang sakit,” kata Roy sambil tertawa.

Zaman itu, kata Roy, sebelum merdeka banyak orang Indonesia yang mengonsumsi bulgur, makanan untuk kuda.

Baca juga: Roy Marten Takjub dengan Nama Asli Polo Srimulat, Ternyata...

“Bulgur adalah makanan untuk kuda, bayangin. Nasi merupakan kemewahan yang sungguh luar biasa,” tuturnya.

Meskipun tidak merasakan, Roy banyak melihat tetangga-tetangga yang mengonsumsi bulgur.

“Keluarga kita sih enggak, cuma tetangga-tetangga makan bulgur,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com