JAKARTA, KOMPAS.com - Setahun setelah pengumuman pertama kasus virus corona atau Covid-19 di Indonesia, masyarakat masih dianjurkan untuk beraktivitas dari rumah, termasuk bekerja di rumah. Oleh sebab itu, penting untuk selalu memperhatikan kondisi tempat tinggal Anda.
Dilansir dari Insider, Sabtu (6/3/2021), menurut psikoterapis Cecille Ahrens, yang juga pengampu podcast Get Mental, ada kaitan antara lingkungan tempat tinggal dengan kesehatan Anda secara keseluruhan.
"Beberapa benda dan elemen tertentu dapat membuat stres dan menyebabkan tubuh kita tegang dan berkontraksi," kata Ahrens.
Baca juga: 6 Tanaman Hias Indoor Ini Bisa Redakan Stres
Berikut beberapa kondisi yang dapat memicu stres di rumah dan solusinya yang perlu Anda cermati, menurut Ahrens serta terapis Weena Cullins dan Ariel Sank.
Menurut Ahrens, kondisi rumah berantakan dan tidak teratur, seperti tempat tidur yang belum dirapikan dan piring kotor yang menumpuk, biasanya menyebabkan stres,
Mark Loewen, seorang terapis dan pendiri Konseling LaunchPad, menuturkan, kondisi berantakan memberi pikiran kita lebih banyak informasi visual untuk diproses.
"Dengan mengosongkan ruang, Anda juga mengistirahatkan pikiran Anda," sebut Loewen.
Baca juga: Trik Mendekorasi Rumah Bebas Stres
Adapun Cullins mengatakan, kondisi tempat tinggal yang berantakan dapat meningkatkan kecemasan saat membersihkan atau merawat rumah.
Cullins mengatakan bahwa ruangan dengan pencahayaan yang tidak memadai dapat membuat tugas-tugas tertentu sulit diselesaikan. Adapun ruangan dengan pencahayaan buatan yang terang yang tidak dapat diredupkan dapat membuat sulit tidur dan bersantai.
"Penting untuk mempertimbangkan fungsi setiap ruangan di rumah Anda dan membeli pencahayaan yang membantu mencapai tujuannya," jelas Cullins.
"Menambahkan lampu, sconce dinding, dimmer, atau lampu langit-langit dapat membantu mendefinisikan kembali ruang yang meningkatkan stres," imbuhnya.
Adapun Ahrens menerangkan, meskipun penelitian tentang psikologi warna beragam, tampaknya depresi dipicu oleh cahaya putih dan hijau. Sebuah studi tahun 2005 oleh BMC Psychiatry mendukung hal ini.