Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASEAN Hadapi "Perang Dingin Baru" AS-China, Seberapa Kuat Posisi Indonesia sebagai Ketua?

Kompas.com - 09/05/2023, 10:25 WIB
Irawan Sapto Adhi

Editor

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Negara-negara ASEAN sedang berada di antara “perang dingin baru” Amerika Serikat dan China.

Oleh sebab itu, menurut pengamat, ASEAN perlu segera mempercepat pembuatan “kode etik” dalam menghadapi rivalitas global antara dua kekuatan besar itu.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, mengatakan negara-negara ASEAN perlu segera membuat “kode etik dengan China” dan “ASEAN Vision on Indo-Pacific”—dengan AS dan sekutunya.

Baca juga: Indonesia Akan Kawal Capaian 3 Pilar Utama dalam Keketuaan ASEAN 2023

Tujuannya agar negara-negara di kawasan memiliki batasan yang dikenali bersama dalam menghadapi rivalitas global, sehingga bisa menahan diri supaya tidak terlibat dalam konflik terbuka.

“Indonesia dan ASEAN seharusnya memiliki jawaban yang sama. Kita selama ini mengatakan Southeast Asian Nuclear-Weapon-Free Zone, kita selalu mengatakan Zone of Peace, Freedom and Neutrality, selalu juga bilang United Nations Convention on the Law of the Sea, tapi semuanya normatif, tidak membuat kita memiliki kekuatan untuk berlaku keras kepada China dan Amerika,” kata Rezasyah.

Dia menyebut, hal ini menjadi tantangan terbesar buat Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun ini.

Sejak 2021, Indonesia berulang kali menyinggung soal rivalitas negara besar, yaitu China dan Amerika Serikat, yang semakin kuat dan bisa mengancam kesatuan negara-negara ASEAN.

Sampai sebelum KTT ke-42 ASEAN berlangsung, pada 10-11 Mei di Labuan Bajo, rivalitas negara besar dan penguatan ASEAN juga masih menjadi salah satu fokus.

Itu dibuktikan dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menekankan prinsip Indonesia sebagai ketua ASEAN, yaitu kolaborasi dan kerja sama dengan siapa pun dan tidak ingin ASEAN menjadi proksi siapa pun.

Baca juga: Agenda KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo

Apa itu proksi dan benarkah negara-negara ASEAN menjadi proksi?

Dalam KBBI, proksi berarti agen atau perantara.

Pada konteks ini, proksi yang dimaksud adalah pemain pengganti yang digunakan oleh dua kekuatan besar untuk menghindari konfrontasi langsung yang bisa mengakibatkan kehancuran fatal.

Menurut Rezasyah, Indonesia harus menjelaskan apa yang dimaksud dengan kolaborasi dan apa yang termasuk proksi, sebab mungkin negara-negara ASEAN tidak merasa menjadi proksi karena bergerak sesuai dengan kepentingan masing-masing.

“Kenapa pembangunan di Kamboja, Laos, dan Myanmar sangat hebat sekarang, karena dekat dengan China. Mereka menganggap ini bukan proksi, ini adalah hubungan baik berbasis kepercayaan, keyakinan, dan kerja sama yang menguntungkan. Tapi, kalau Amerika menganggapnya itu proksi dari China. Memang ini harus dikomunikasikan kepada khalayak,” jelasnya.

Beberapa tahun belakangan reputasi China memang naik di ASEAN. Sebaliknya, Amerika Serikat justru menurun.

Rezasyah menjelaskan, saat ini China sudah berhasil membangun kerja sama yang secara luar biasa dengan ASEAN—dengan nama China ASEAN Free Trade Area.

Tak hanya itu, China juga berhasil membangun hubungan bilateral dengan masing-masing negara anggota ASEAN, sehingga menyebabkan negara-negara anggota ASEAN sangat berhati-hati mengkritisi China.

Baca juga: Tantangan Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023: Menangani Krisis Kemanusiaan dan Demokrasi di Myanmar

“Amerika Serikat masih dengan pola yang lama, menggunakan carrot and stick. Carrot itu kalau Anda sesuai dengan harapan kami, Anda kami berikan hadiah, tapi kalau tidak, Anda dapat stick, saya hukum,” kata dia menjelaskan.

“Cuma yang kita khawatirkan adalah China tidak pernah mengatakan akan memberikan penghukuman, tapi kita tahu persis China itu bisa melakukan hukuman setiap saat,” tambah Rezasyah.

Seperti pemberian hukuman kepada Filipina baru-baru ini, kata dia, di mana kedua kapal mereka hampir bertubrukan di China selatan.

Lalu kepada Vietnam, di mana China sering mengganggu alat pengebor minyak milik Vietnam.

“Kemudian dengan Indonesia pun diganggu lewat Nine-Dash Line (sembilan titik imaginer yang digunakan China untuk mengklaim wilayah laut China Selatan). Kemudian Taiwan juga diganggu,” papar Rezasyah.

Itulah sebabnya, dia menilai, ASEAN perlu segera membuat batasan.

Apa dampaknya jika ASEAN menjadi proksi?

Jika ada negara ASEAN terlibat sebagai proksi, kata Rezasyah, negara itu akan menjadi negara pertama yang melindungi kepentingan negara induknya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com