LONDON, KOMPAS.com - Banyak wanita Inggris yang terpaksa melakukan seks untuk bertahan hidup karena krisis biaya hidup yang memburuk, terutama bagi kaum paling rentan di Inggris.
Badan amal memperingatkan bahwa meningkatnya biaya yang dipasangkan dengan kekurangan dana selama bertahun-tahun berarti wanita, termasuk mereka yang mengalami trauma dan masalah kesehatan mental, harus beralih ke seks untuk ditukar dengan tempat tinggal atau untuk memenuhi kebutuhan dasar lainnya.
Seks untuk disewakan, ketika tuan tanah menuntut seks dengan imbalan diskon atau akomodasi gratis, adalah masalah yang berkembang karena kondisi ekonomi yang semakin ketat.
Baca juga: Dampak Pandemi, Tingkat Hubungan Seks Siswa Sekolah Menengah AS Turun
Dilansir dari Guardian, pelaku menggunakannya sebagai alat untuk penyalahgunaan dan kontrol.
Ini khususnya menjadi masalah di kalangan perempuan migran dan pencari suaka, menurut pengamat.
Krisis juga mempersulit mereka yang mencoba meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan.
Badan amal Beyond the Streets mengatakan krisis biaya hidup mendorong mereka yang sudah rentan untuk beralih ke seks untuk bertahan hidup guna memenuhi biaya tagihan dan sewa, yang mengarah pada peningkatan eksploitasi dan pelecehan.
Seorang pekerja pendukung untuk badan amal tersebut mengatakan dia telah berbicara dengan wanita yang terjebak dalam mengawal atau menjual seks.
Beberapa bahkan harus menambah pekerjaan berupah rendah dengan seks untuk memenuhi kebutuhan.
Seorang juru bicara badan amal mengatakan bahwa krisis biaya hidup adalah pendorong untuk bertahan hidup.
Baca juga: 3 WNI Tertangkap di Tempat Prostitusi di Malaysia, KBRI Kuala Lumpur Ungkapkan Keprihatinan
Bantuan Wanita Amerika Latin (LAWA) telah melihat beberapa kasus terkait seks untuk disewakan dalam beberapa bulan terakhir, yang melibatkan pencari suaka perempuan.
Dalam salah satu kasus, seorang wanita mencari bantuan setelah dia bertemu dengan seorang pria yang berjanji akan memberinya akomodasi sebelum melakukan pelecehan seksual saat dia sedang tidur.
Belen Ruiz, koordinator pusat nasihat kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan mengatakan bahwa perempuan dalam keadaan rentan sering terpapar pelecehan dan intimidasi.
Baca juga: Perangi Prostitusi Online Anak di Bawah Umur, Perancis Kucurkan Rp 225 Miliar
Merek menjadi korban ganda dan tidak dapat mencari ganti rugi.
"Beberapa kasus melibatkan pelecehan terhadap pencari suaka saat berada di fasilitas akomodasi hukum publik. Ini membuat mereka takut mengakses layanan ini, yang membuat mereka menjadi mangsa empuk bagi pelaku yang tinggal di akomodasi pribadi," tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.