Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pakar soal Penyebab Wisman di Bali Berperilaku Negatif Belakangan Ini

Kompas.com - 17/04/2023, 19:00 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Penulis: VOA Indonesia/Nurhadi Sucahyo

BALI, KOMPAS.com - Sejumlah pakar berpendapat, perilaku negatif wisatawan mancanegara (wisman) di Bali belakangan ini diduga karena penerapan kebijakan yang kurang tepat.

Menurut mereka, menarik wisatawan sebanyak mungkin memang penting, tetapi menjual dengan murah menghadirkan berbagai dampak.

Kantor Imigrasi Kelas I TPI Denpasar, Bali, mendeportasi Luiza Kosykh seorang warga negara Rusia pada Minggu (16/4/2023).

Baca juga: Bali Dibuka untuk Wisman, Media-media China Ramai Beritakan

Dalam keterangan kepada media di Bali, Gubernur I Wayan Koster menegaskan pihaknya tidak pernah menolak wisman yang datang.

“Bali tidak menolak wisatawan selama wisatawan tersebut menghormati adat istiadat dan norma yang ada di Bali,” kata Koster dalam rilis pers yang dikeluarkan Kantor Kementerian Hukum dan HAM, Bali Minggu.

Deportasi terhadap Luiza dilakukan setelah dia berfoto nyaris tanpa busana di pohon suci berusia 700 tahun, di Pura Babakan, desa adat Bayan, Tabanan, dan tersebar luas di media sosial beberapa pekan terakhir.

Koster berharap, tindakan tegas ini menjadi pelajaran bagi wisatawan yang datang ke Bali.

Sementara Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Bali, Anggiat Napitupulu meminta pemerintah daerah, menyusun buku panduan terkait apa yang tidak boleh dilakukan wisatawan di Bali.

“Karena perlu diketahui, bahwa tidak semua WNA tahu hal-hal apa yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan di Bali ini,” ujar Anggiat dalam kesempatan yang sama.

Baca juga: Turis Asing Curhat Potong Rambut di Malaysia Habis Rp 400.000, Kementerian Langsung Turun Tangan

Tindakan tegas didukung

Apa yang dilakukan Luiza, hanya satu dari sekian banyak tindakan Wisman yang dinilai melanggar adat maupun melanggar hukum di Bali.

Sebelum ini, ramai diperbincangkan tentang wisman yang membuka usaha penyewaan sepeda motor, jasa fotografi, hingga agen properti.

Untuk menekan kasus semacam itu, sikap tegas memang diperlukan.

Upaya deportasi semacam ini didukung sepenuhnya oleh pakar strategi pariwisata, Taufan Rahmadi. Dia mengatakan, saat ini Bali perlu menerapkan pariwisata yang berkualitas.

“Nah, salah satu bentuk quality tourism itu, adalah responsible traveller, wisatawan yang bertanggung jawab. Bertanggung jawabnya dalam bentuk apa? Mematuhi semua aturan, tata tertib, kearifan lokal, peraturan pemerintah tempat di mana destinasi pariwisata mereka berkunjung,” kata Taufan kepada VOA, Senin (17/4/2023).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com