MANILA, KOMPAS.com - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Manila mengatakan, Anton Gobay telah mengaku bahwa senjata ilegal yang dibeli akan dikirim ke Papua untuk mendukung kegiatan-kegiatan bersenjata di sana.
Duta Besar Indonesia untuk Filipina Agus Widjojo, menyebut apa yang dilakukan Anton Gobay kali ini merupakan percobaan yang ketiga setelah upaya pertama dan kedua mengalami kegagalan karena ditipu.
Agus menambahkan, upaya Anton itu juga bertujuan membuka jaringan baru pembelian senjata ilegal dari Filipina ke Papua.
Baca juga: Polri Kirim 8 Personel ke Filipina, Koordinasi Kasus Anton Gobay
Sebelumnya, Polri mengatakan Anton ditangkap polisi Filipina karena kedapatan memiliki 12 senjata ilegal pada 7 Januari lalu.
Polisi menyebut senapan tersebut disebut akan dimasukkan ke Papua untuk mendukung kegiatan organisasi di sana.
Pengamat kepolisian dari Universitas Bayangkara Jakarta, Hermawan Sulistyo, menjelaskan senapan ilegal dari Filipina merupakan salah satu sumber utama persenjataaan kelompok kriminal bersenjata (KKB-istilah yang disebut pemerintah) di Papua.
Selain itu, menurut dia, pasokan senapan dan amunisi ilegal di Papua juga berasal dari jalur darat Papua Nugini, hasil perampasan dari TNI/Polri, hingga jual beli dengan oknum keamanan.
Terungkapnya penyelundupan senjata api ilegal dari Filipina ini bukan yang pertama.
Aparat keamanan telah membongkar beberapa penyelundupan senjata dari Filipina yang melibatkan kelompok di Papua hingga jaringan teroris.
Juru bicara Komando Nasional Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat–Organisasi Papua Merdeka (Komnas TPNPB-OPM), Sebby Sambom, menegaskan bahwa Anton Gobay bukan bagian dari organisasinya.
Sebby mengatakan, Anton berasal dari kelompok West Papua Army (WPA) pimpinan Benny Wenda.
Baca juga: Polri Ungkap Anton Gobay Pernah Sekolah Penerbangan di Filipina Tahun 2015-2018
Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Agus Widjojo, menyebut Anton Gobay ditangkap saat polisi Filipina sedang melakukan razim.
Saat pemeriksaan, kata dia, Anton tidak mampu menunjukkan surat kepemilikan senjata tersebut.
Anton juga tidak membawa paspor atau kartu identitas, walau kemudian dapat teridentifikasi sebagai WNI melalui sebuah sertifikat.
“Dari pengakuan yang bersangkutan (Anton) dan telah kami cek, dia juga terdaftar sebagai pelajar di sekolah penerbangan di Iba, Filipina,” kata Agus saat dihubungi BBC News Indonesia, Kamis (12/1/2023).