Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taliban Tandatangani Kontrak Tambang Minyak dengan China

Kompas.com - 05/01/2023, 19:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

KABUL, KOMPAS.com – Pemerintahan Afghanistan yang dipimpin Taliban akan mendandatangani kontrak penambangan minyak dengan perusahaan asal China.

Kontrak tersebut akan ditandatangani dengan Xinjiang Central Asia Petroleum and Gas Co (CAPEIC), kata para pejabat dalam konferensi pers di Kabul, Kamis (5/1/2023).

Kontrak tersebut memungkinkan CAPEIC menambang minyak dari cekungan Amu Darya yang terletak di Afghanistan utara.

Baca juga: Profesor Universitas Kabul Robek Ijazah Saat Live di TV: Afghanistan Bukan Tempat untuk Pendidikan

Hal itu akan menjadi kesepakatan penambangan komoditas publik besar pertama yang ditandatangani antara Taliban dengan perusahaan asing sejak kelompok tersebut mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021.

Kesepakatan itu juga semakin menonjolkan keterlibatan China di Afghanistan, sebagaimana dilansir Reuters.

“Kontrak minyak Amu Darya merupakan proyek penting antara China dan Afghanistan,” kata Duta Besar China Wang Yu dalam konferensi pers.

Sejauh ini, China belum secara resmi mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan.

Baca juga: Joe Biden Sempat Merasa Hancur saat Taliban Kuasai Afghanistan

Akan tetapi, Beijing memiliki kepentingan Afghanistan yang menjadi pusat kawasan penting untuk inisiatif infrastruktur Belt and Road-nya.

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menyampaikan di Twitter bahwa CAPEIC akan menginvestasikan 150 juta dollar AS per tahun di Afghanistan di bawah kontrak.

Investasinya akan meningkat menjadi 540 juta dollar AS dalam tiga tahun untuk kontrak 25 tahun.

Pemerintahan yang dikelola Taliban, lanjut Mujahid, akan memiliki kemitraan 20 persen dalam proyek tersebut, yang dapat ditingkatkan menjadi 75 persen.

Baca juga: Taliban Larang Staf Perempuan Bekerja, LSM Asing Balas Tangguhkan Operasi di Afghanistan

Sebelumnya, perusahaan milik negara China National Petroleum Corp (CNPC) menandatangani kontrak dengan Pemerintah Afghanistan sebelum Taliban yang didukung AS pada 2012.

Kontrak tersebut mengatur penambangan minyak di cekungan Amu Darya. Saat itu, ada sekitar 87 juta barel minyak mentah yang terkandung di Amu Darya.

Wakil Perdana Menteri Mullah Baradar mengatakan dalam konferensi pers bahwa perusahaan China lainnya, yang dia tidak sebutkan, tidak melanjutkan operasinya setelah pemerintahan sebelumnya jatuh.

Sehingga, kesepakatan mengenai penambangan minyak dilanjutkan dengan CAPEIC.

Baca juga: Alasan Taliban Perintahkan LSM di Afghanistan Larang Karyawan Perempuan Bekerja

“Kami meminta perusahaan untuk melanjutkan prosedur sesuai standar internasional, juga kami meminta mereka untuk memberikan kepentingan masyarakat Sar-e Pul,” ujar Mullah Baradar.

Afghanistan diperkirakan memiliki sumber daya yang belum dimanfaatkan dengan nilai lebih dari 1 triliun dollar AS.

Sebuah perusahaan milik negara China juga sedang dalam pembicaraan dengan pemerintahan yang dipimpin Taliban mengenai pengoperasian tambang tembaga di Provinsi Logar.

Baca juga: Taliban Larang Perempuan Afghanistan di LSM Masuk Kerja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters

Terkini Lainnya

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Dampak Penembakan Konser Moskwa, Etnis Tajik Alami Rasialisme di Rusia

Global
Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Putin Tak Berencana Kunjungi Keluarga Korban Penembakan Konser Moskwa

Global
WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

WHO Soroti Peningkatan Cyberbullying, Pengaruhi 1 dari 6 Anak Sekolah

Global
TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

TikTok Larang Influencer Australia Promosikan Produk Kantong Nikotin

Global
Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Otoritas Palestina Umumkan Kabinet Baru, Respons Seruan Reformasi

Global
Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Kisah Kota Emas Gordion di Turkiye dan Legenda Raja Midas

Global
Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Penembakan Massal Konser Moskwa, Apakah Band Picnic Sengaja Jadi Sasaran?

Global
AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

AS Abstain dalam Resolusi DK PBB soal Gaza, Hubungan dengan Israel Retak?

Global
Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Pesan Paskah Raja Charles III Setelah Didiagnosis Kanker

Global
Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Interpol Ungkap Fakta Jaringan Global Perdagangan Manusia di Asia Tenggara

Global
Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Ukraina Jatuhkan 26 Drone Rusia dalam Semalam

Global
Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Jembatan Baltimore Runtuh, Apa Penyebab Pastinya dan Siapa Bertanggung Jawab?

Global
Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Kisah Padmarajan, Orang India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi

Global
Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Apakah Resolusi PBB tentang Gencatan Senjata di Gaza Mengikat Israel?

Internasional
Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Indonesia-Singapore Business Forum 2024 Bahas Arah Kebijakan Ekonomi RI Usai Pemilu

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com