Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Skandal Korupsi di Uni Eropa: Besar dan Mirip Cerita Film

Kompas.com - 25/12/2022, 18:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

BRUSSELS, KOMPAS.com - Skandal yang berkaitan dengan dugaan korupsi di Parlemen Eropa bisa jadi bahan untuk serial film baru di Netflix. Tersangka utamanya adalah Eva Kaili yang berasal dari Yunani.

Pintar, cantik, dan berada di puncak karirnya sebagai moderator TV dan politisi papan atas di Parlemen Eropa. Pasangannya, Francesco Giorgi, juga atraktif dan usianya lebih muda. Dia juga bekerja di Parlemen Eropa.

Ditambah lagi dengan seorang mantan anggota parlemen senior, Antonio Panzeri yang berasal dari Italia, sebagai dalangnya. Keluarga mereka juga terlibat dalam skandal korupsi besar ini.

Baca juga: Pedro Castillo, Presiden Miskin Pertama Peru yang Terjungkal karena Korupsi

Ayah tersangka utama Eva Kaili berniat melarikan diri dengan sebuah koper penuh uang tunai, sesuai petunjuk dari anaknya. Istri dan anak perempuan Panzeri tahu upaya korupsi ini, dan sudah diserahkan oleh kehakiman Italia ke Belgia.

Jalan ceritanya sepert ini: sebuah organisasi non pemerintah alias NGO bernama "Fighting Impunity" atau melawan impunitas, yang didirikan Panzeri, melakukan lobi di Brussel. Resminya mereka mengejar pelaku kejahatan perang. Versi tidak resminya, mereka bekerja untuk sebuah "negara di Teluk Persia," yang tidak dispesifikasikan oleh kejaksaan Belgia. Di berbagai media, yang disebut-sebut adalah Qatar, di mana turnamen Piala Dunia FIFA baru saja berakhir.

Penyidik Belgia yang sudah mengusut kasus ini sejak setahun lalu, menyita uang tunai 1,5 juta euro dalam beberapa kali razia. Tuduhan terhadap anggota Parlemen Eropa dan stafnya itu adalah: korupsi, pencucian uang, dan pendirian organisasi kriminal.

Dalam pidatonya di depan Parlemen Eropa, Eva Kaili selalu memuji-muji Qatar secara mencolok, dan melakukan pertemuan dengan fungsionaris tinggi dari negara di Teluk Persia itu. Tapi beberapa indikasi juga merujuk ke Maroko.

Baca juga: Wakil Presiden Argentina Dihukum 6 Tahun Penjara atas Kasus Korupsi Rp 1 Triliun

Kasus melibatkan lingkaran lebih luas

Eva Kaili dan pasangannya, Francesco GiorgiAPOSTOLIS PAPANIKOLAOU/EUROKINISSI/ANE/PICTURE ALLIANCE via DW INDONESIA Eva Kaili dan pasangannya, Francesco Giorgi

Semakin jauh penyelidikan dilakukan, semakin terkuak skandalnya merambah ke lingkaran yang lebih luas lagi. Mantan Komisaris Uni eropa asal Yunani, Dimitris Avramopoulos, mendapat bayaran 60.000 euro untuk andilnya sebagai dewan pengawas kehormatan organisasi non pemerintah itu.

Akan tetapi, Avramopoulos mengatakan, ia sudah ingin menghentikan kerjasama tersebut di awal tahun ini.

"Dia hanya ingin bertemu untuk mengobrol dengan seorang kolega Komisaris Eropa di Brussel, bukan untuk melakukan lobby," demikian pernyataan seorang jurubicara Komisi UE.

Para politisi Uni Eropa lainnya, yang juga terdaftar sebagai anggota dewan pengawas NGO itu, juga menyatakan sudah menghentikan kerja sama, dan tidak pernah menerima uang. Tetapi sampai 22 Desember 2022 nama mereka semuanya masih tercantum di situs "Fighting Impunity" sebagai anggota dewan pengawas.

Komisi Eropa sendiri menyatakan, mereka tidak mendapat sokongan dana sama sekali, dan tidak tercantum dalam daftar pelobi, karena tidak mencari kontak dengan para komisaris Eropa.

Baca juga: Unjuk Rasa di Mongolia Keluhkan Inflasi dan Korupsi Batu Bara, Massa Coba Bobol Istana Negara

Kaili berkeras menyatakan tidak bersalah

Para pengacara Eva Kaili menyatakan kliennya tidak bersalah. Tetapi karena ada risiko dia akan melarikan diri, atau ada penggelapan kasus, jaksa memutuskan perpanjangan waktu penahanan sampai sebulan. Keterangan lebih terperinci tidak diberikan.

Argumen para pengacara Eva Kaili bahwa anaknya yang baru berusia dua tahun memerlukan ibunya di hari Natal, tidak digubris pengadilan, walaupun ayah anak itu, yaitu pasangan Kaili, juga berada dalam tahanan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com