KOMPAS.com - Sementara Uni Eropa telah mendorong perlawanan bersama melawan Rusia, negara-negara Asia Tenggara telah terbagi dan berbeda sikap dalam tanggapan mereka terhadap perang di Ukraina.
Uni Eropa dan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) telah bertemu pada Rabu (14/12/2022). untuk membahas kerja sama ekonomi yang lebih mendalam.
Tetapi ajang itu tidak membuahkan kesepakatan bersama untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: KTT Pertama Uni Eropa-ASEAN dan Poin Penting yang Disepakati
Pernyataan bersama UE-ASEAN tentang invasi hanya mengatakan "sebagian besar anggota" mengutuk keras perang di Ukraina sambil menegaskan "kebutuhan untuk menghormati kedaulatan, kemerdekaan politik, dan integritas wilayah Ukraina."
KTT satu hari di Brussel, Belgia terjadi pada saat konflik di Ukraina berdampak besar pada ekonomi global.
Gangguan pasokan energi Rusia setelah invasi Ukraina sejak Februari lalu berdampak buruk pada ekonomi dan inflasi, menaikkan harga untuk segala hal mulai dari bahan pangan hingga energi.
Sementara UE telah mendorong front bersama melawan Rusia, negara-negara ASEAN telah terbagi dalam tanggapan yang berbeda terhadap perang di Ukraina.
Vietnam dan Laos, yang memiliki hubungan militer yang kuat dengan Moskwa, tetap tidak memihak, sementara Singapura mematuhi sanksi Barat terhadap Rusia.
Dalam pemungutan suara Perserikatan Bangsa-Bangsa pada bulan Oktober yang mengecam upaya aneksasi Rusia atas wilayah Ukraina, baik Vietnam maupun Laos abstain bersama dengan Thailand.
Baca juga: Uni Eropa dan Komnas HAM Ajak Anak Muda Indonesia Jadi Generasi Penerus Pembela HAM
Pimpinan sembilan dari 10 negara ASEAN dan pemimpin 27 negara Uni Eropa bergabung dalam KTT tersebut, yang juga memperingati 45 tahun hubungan diplomatik.
Karena pengecualian junta militer, Myanmar tidak terwakili di KTT tersebut.
KTT UE-ASEAN ini membuahkan komitmen UE untuk menggelontorkan investasi miliaran dolar di Asia Tenggara.
"Kita harus memastikan bahwa kita memiliki posisi yang kuat dalam hubungan kita dengan ASEAN," kata Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.
"Kami berbicara tentang rantai pasokan di seluruh dunia. Kami berbicara tentang potensi pertumbuhan," jelas dia.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan komitmen 10 miliar euro hingga 2027 untuk investasi infrastruktur di negara-negara ASEAN.
Baca juga: Maskapai Uni Eropa Harus Bayar Izin Lebih Mahal jika Pakai Bahan Bakar Fosil