SYDNEY, KOMPAS.com - Ketika seseorang mengalami kesedihan mendalam karena ditinggal orang yang dicintai, sering muncul istilah dia menderita 'patah hati'.
Patah hati, yang sebelumnya lebih bersifat psikologis, sekarang dinyatakan sebagai kondisi yang menunjukkan gejala fisik.
Ketika suaminya meninggal tiba-tiba setelah usia pernikahan lebih dari 50 tahun, Sandra Brown didiagnosa menderita patah hati.
Baca juga: Australia Tambahkan Informasi KUHP Indonesia di Saran Perjalanan Warganya
Setelah kematian suaminya, ia mulai merasa dadanya sesak dan kesulitan bernapas.
Dia menggambarkan seperti merasa suntikan adrenalin yang menjalar ke seluruh tubuh dengan perasaan sedih dan putus asa yang mendalam.
Dua bulan setelah suaminya meninggal, kondisinya semakin memburuk.
"Rasanya seperti sesak dan susah bernapas," kata dia.
Awalnya Sandra menduga mungkin tubuhnya terlalu panas setelah terkena sinar matahari, karena dia baru selesai mencuci mobil di luar rumah dengan matahari yang terik.
Ketika dadanya sesak, Sandra memanggil ambulans.
Dia dibawa ke rumah sakit dan dinyatakan menderita kondisi yang disebut sindrom patah hati yang juga dikenal dengan nama sindrom Takotsubo.
"Saya pernah mendengar orang yang meninggal karena patah hati, tapi saya tidak tahu ada yang namanya sindrom patah hati," katanya.
Baca juga: Terpidana Bom Bali Umar Patek Bebas, Wakil PM Australia: Ini Sulit
Tahun lalu Nicola Parin juga dinyatakan menderita hal yang sama setelah mengalami serangan fisik.
Insiden tersebut terjadi ketika ketika dia sedang membawa jalan anjingnya di Adelaide Utara.
Anjingnya dan seekor anjing lain saling menyerang dan ketika dia menarik anjingnya, pemilik anjing satu lagi memukul wajah Nicola.