Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Suporter Sepak Bola, Instrumen "Soft Power Diplomacy" ala Jepang

Kompas.com - 07/12/2022, 16:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TIMNAS Jepang kalah dari Kroasia pada laga 16 besar Piala Dunia 2022 di Qatar. Jepang sempat unggul terlebih dahulu lewat gol Daizen Maeda di menit ke-43. Gol balasan akhirnya tercipta dari sundulan Ivan Perisic di menit ke- 55 dan membuat skor imbang 1-1.

Hal itu memaksa kedua tim melakukan perpanjangan waktu serta penalty shoot-out.  Timnas Kroasia kemudian keluar sebagai pemenang dengan skor 3-1.

Kekecewaan terlihat jelas pada suporter Jepang yang hadir langsung menyaksikan tim kesayangannya di Stadion Al Janoub, Al Wakrah, Qatar pada 5 Desember 2022.

Kalah dan menang dalam suatu pertandingan sepak bola tentu merupakan hal yang biasa. Namun, yang justru menarik perhatian adalah perilaku suporter Jepang yang tidak dapat ditemukan di suporter sepak bola negara lainnya di manapun. Para suporter Jepang melakukan aksi bersih-bersih stadion setelah pertandingan usai. Mereka memungut sampah-sampah yang ada di stadion.

Baca juga: Piala Dunia: Mengapa Suporter Jepang Bersih-bersih Setelah Pertandingan?

Bahkan, para pemain dan official Timnas Jepang juga mengikutinya dengan meninggalkan ruang ganti dalam keadaan bersih dan rapi. Mereka tak lupa meninggalkan kenang-kenangan berupa ucapan terima kasih serta lipatan origami nan cantik di ruang ganti.

Biasamua, ketika tim kesayangan para suporter sepak bola kalah, mereka cenderung emosional bahkan agresif. Di beberapa tim besar Eropa, Amerika, termasuk Indonesia, perilaku semacam ini cenderung merupakan yang paling sering kita temui.

Ketika suporter dilanda kekecewaan, tak sedikit yang meluapkannya dengan cara-cara anarkistis disertai perilaku vandalisme. Akan tetapi, suporter Jepang memiliki reaksi yang sangat berbeda. Meski kecewa, mereka tetap melakukan aksi bersih-bersih sebagai wujud penghormatan terhadap tuan rumah Qatar dan tim yang mereka lawan.

Semangat ini juga bisa kita lihat di balik ruang ganti para pemain Jepang.

Bukan yang pertama

Aksi suporter sepak bola Jepang semacam ini di ajang Piala Dunia bukanlah yang pertama kali. Suporter Jepang telah melakukan hal yang sama sejak Piala Dunia 2014 di Brasil.

Saat Piala Dunia 2018, baik tim dan suporter melakukan aksi bersih-bersih setelah kalah 3-2 dari Belgia di 16 besar. Suatu fenomena yang kurang lebih sama dengan yang terjadi kali ini.

Ketika ditanya mengapa mereka melakukan hal tersebut meski kalah di pertandingan, pelatih Jepang, Hajime Moriyasu, mengungkapkan di Fox News bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang biasa. Ia hanya menyebutkan bahwa ketika anda pergi, tempat yang ditinggalkan harus lebih rapi dari sebelumnya.

Menurut dia, ini hanyalah sebuah budaya yang biasa di Jepang, bahkan ia yakin tidak ada yang akan memberitakan hal itu di Jepang. Suporter yang ditanyai pun juga mengungkapkan hal yang sama dengan menjawab “atarimae” yang berarti “sesuatu yang sudah pasti”.

Maksud dari ucapan tersebut adalah apa yang berantakan, tentu harus dibersihkan atau dirapikan.

Perilaku semacam ini ternyata menimbulkan reaksi yang sangat besar dari berbagai negara. Respon dunia sangat positif ketika membahas apa yang dilakukan Jepang dalam hal menerima kekalahan.

Berhasilnya suporter sepak bola Jepang menginspirasi para pemain dan official timnasnya, ternyata juga berhasil menginspirasi negara-negara lain. Di 2018 misalnya, suporter Timnas Senegal juga melakukan hal yang sama pasca pertandingan mereka usai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com