Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agung Setiyo Wibowo
Author

Konsultan, self-discovery coach, & trainer yang telah menulis 28 buku best seller. Cofounder & Chief Editor Kampusgw.com yang kerap kali menjadi pembicara pada beragam topik di kota-kota populer di Asia-Pasifik seperti Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Bangkok, Dubai, dan New Delhi. Founder & Host The Grandsaint Show yang pernah masuk dalam Top 101 podcast kategori Self-Improvement di Apple Podcasts Indonesia versi Podstatus.com pada tahun 2021.

Arti Kemenangan Anwar Ibrahim bagi Malaysia

Kompas.com - 26/11/2022, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEBELAS tahun lalu, saya melakukan "safari" akademik ke Malaysia selama sepekan. Saya menjadi salah satu pembicara di dua konferensi internasional di Universitas Sains Malaysia (USM) Penang dan Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) Bangi.

Dalam "lawatan" akademik tersebut, saya menyempatkan diri memenuhi jamuan makan malam di rumah salah satu politisi paling berpengaruh di Malaysia, yaitu Anwar Ibrahim. Sungguh suatu kehormatan bagi saya yang di tahun itu masih tercatat sebagai mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Paramadina disambut sangat apik Anwar Ibrahim di kediamannya yang terletak di bilangan Damansara, pinggiran Petaling Jaya, tidak jauh dari Ibu Kota Kuala Lumpur. 

Yang tak terlupakan, saya mendapatkan "fasilitas" antar-jemput oleh asisten pribadi Anwar Ibrahim dari tempat saya menginap di kompleks asrama UKM ke Damansara.

Baca juga: PM Baru Malaysia Anwar Ibrahim: Indonesia Sahabat Sejati!

Sepanjang jamuan makan malam, saya menyempatkan diri untuk berjejaring dengan para politisi dari pihak oposisi yang dikomandoi Anwar Ibrahim. Yang cukup mengagetkan, saya mendapati begitu banyak politisi Malaysia berdarah Jawa, Minangkabau, Aceh, Mandailing, Banjar, Bugis, hingga Bawean.

Meskipun mereka sudah lahir dan dibesarkan di Semenanjung Melayu, mereka tidak melupakan "akar" leluhurnya, yaitu Indonesia. 

"Drama" perjalanan politik Anwar Ibrahim

Dato' Seri Utama Haji Anwar bin Ibrahim belum lama ini diangkat sebagai Perdana Menteri Malaysia. Pencapaian tersebut merupakan buah dari penantian panjang yang sarat dengan drama.

Pasalnya, beliau sudah begitu lama berada di barisan oposisi sejak diberhentikan dari Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) oleh seniornya, sekaligus mentornya, yaitu Mahathir Mohamad pada 1998.  Anwar Ibrahim lantas tidak menyerah begitu saja. Anwar membentuk partai baru bernama Partai Keadilan Rakyat (PKR) sebagai langkah awal reformasi di Malaysia.

Anwar Ibrahim memulai karier politiknya sebagai anggota UMNO hingga puncak kesuksesan menjadi wakil perdana menteri Malaysia di bawah pimpinan Perdana Menteri Mahathir Mohamad.

Tahun 1999, dia divonis hukuman penjara atas tuduhan korupsi dan sodomi. Mahkamah Federal Malaysia di kemudian hari membatalkan semua vonis atasnya dan Anwar dibebaskan dari penjara pada tahun 2004. 

Setelah dipecat dari UMNO, Anwar Ibrahim membesut Partai Keadilan Rakyat (PKR), sebuah partai oposisi di Malaysia, dan memimpin koalisi oposisi Pakatan Rakyat dan Pakatan Harapan.

Pada periode 2015-2018 , ia kembali dipidana penjara atas vonis sodomi lainnya dan dibebaskan tahun 2018. 

Setelah koalisi yang ia pimpin memenangkan kursi terbanyak di parlemen pada pemilihan umum Malaysia 2022, Anwar Ibrahim diangkat menjadi Perdana Menteri Malaysia ke-10 pada 24 November 2022. Sebuah catatan sejarah bagi negeri tetangga karena sebelumnya diiringi "drama" ngototnya Muhyiddin Yassin yang tidak menerima kemenangan Anwar Ibrahim begitu saja. 

Baca juga: Anwar Ibrahim Terpilih Jadi PM Malaysia, Jokowi Beri Selamat

Singkat cerita, Muhyiddin yang sebelumnya menjadi perdana menteri selama 17 bulan dan memimpin koalisi Perikatan Nasional hanya memperoleh 73 kursi parlemen. Sementara itu koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin Anwar Ibrahim meraup 82 kursi di parlemen.

Sayangnya, perolehan kursi dua koalisi tersebut gagal mencapai ambang batas 112 kursi dari total 222 kursi parlemen Malaysia untuk membentuk pemerintahan baru. Alhasil, terciptalah kebuntuan politik karena partai-partai dalam dua koalisi tersebut gagal mencapai konsensus. 

Untungnya, Raja Malaysia langsung "gerak cepat" dengan menunjuk Anwar Ibrahim sebagai perdana menteri baru, sebagaimana diatur Konstitusi Federal untuk meredakan gejolak di tengah masyarakat. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com