Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Akan Daftarkan Kebaya sebagai Warisan UNESCO Bersama 3 Negara Lainnya

Kompas.com - 24/11/2022, 10:35 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis


 

SINGAPURA, KOMPAS.com - Singapura akan mendaftarkan kebaya masuk daftar warisan budaya UNESCO, melalui upaya multinasional bersama Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand. 

Dewan Warisan Nasional (NHB) Singapura pada Rabu (23/11/2022) mengatakan ini akan menjadi nominasi multinasional pertama Singapura untuk Daftar Perwakilan Warisan Budaya UNESCO.

Mereka menjadwalkan untuk menyerahkan penawarannya pada Maret 2023.

Baca juga: Masa Depan Warisan Budaya di Afghanistan Era Taliban

Strait Times mengutip pernyataan NHB, yang menyebut kebaya sebagai pakaian tradisional wanita yang populer di wilayah tersebut.

Kebaya, menurut pernyataan NHB, “mewakili dan merayakan sejarah bersama di wilayah tersebut, mempromosikan pemahaman lintas budaya dan terus hadir serta secara aktif diproduksi dan dikenakan oleh banyak komunitas di Asia Tenggara."

“Kebaya telah, dan terus menjadi, aspek sentral dalam representasi dan tampilan warisan budaya dan identitas Melayu, Peranakan dan komunitas lainnya di Singapura, dan merupakan bagian integral dari warisan kami sebagai kota pelabuhan multikultural, dengan hubungan lintas Asia Tenggara dan dunia,” ujar CEO NHB Chang Hwee Nee.

Bagaimana awalnya?

Dia menambahkan bahwa nominasi bersama “menggarisbawahi multikulturalisme ini dan akar bersama kita dengan wilayah tersebut”.

NHB mengatakan Malaysia telah mengusulkan dan mengoordinasikan nominasi multinasional. Gagasan itu dibahas sebagai bagian dari rangkaian rapat kerja di antara sejumlah negara pada 2022.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-188 Serangan Rusia ke Ukraina, Pertarungan Sengit Perebutkan Kherson, Ukraina Minta Perlindungan UNESCO untuk Odessa

Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand setuju untuk bekerja sama dalam nominasi, kata dewan tersebut.

Keempat negara disebut menyambut negara lain untuk bergabung dalam nominasi tersebut.

Antara Agustus dan Oktober, NHB mengadakan enam diskusi kelompok terarah dengan 48 peserta untuk mencari pandangan tentang nominasi tersebut.

Itu melibatkan praktisi budaya, perwakilan asosiasi budaya dan peneliti yang terlibat dalam pembuatan dan pemakaian kebaya.

Dari tanggal 1 hingga 3 November, perwakilan dari NHB dan masyarakat menghadiri lokakarya yang diselenggarakan oleh Malaysia di Port Dickson.

Di sana mereka mendiskusikan nominasi tersebut, termasuk apa yang harus disertakan dalam pengajuan tersebut.

NHB akan mengatur inisiatif penjangkauan publik dari Januari hingga Maret 2023 untuk meningkatkan kesadaran akan nominasi tersebut.

Baca juga: Jepang Ajukan Tambang Emas Sado Jadi Warisan Dunia UNESCO, Korea Selatan Protes

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com