Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdebat Sengit, COP27 Berakhir Sepakati Dana Kerugian dan Kerusakan

Kompas.com - 21/11/2022, 07:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

SHARM EL-SHEIKH, KOMPAS.com – Setelah menjalani perdebatan keras, KTT iklim COP27 berakhir dengan kesepakatan menciptakan dana kerugian dan kerusakan guna membantu negara-negara miskin yang dilanda bencana iklim, Minggu (20/11/2022).

Kesepakatan itu dipuji secara luas sebagai kemenangan untuk menanggapi dampak buruk pemanasan global yang sudah terjadi di negara-negara yang rentan.

Meski tercapai kesepakatan dana untuk membantu negara-negara miskin, masih ada banyak pihak yang menyesali kurangnya ambisi dalam mengatasi emisi yang menyebabkan perubahan iklim.

Baca juga: Negara-negara COP27 Sepakat Siapkan Dana Kerugian dan Kerusakan untuk Negara Berkembang

Banyak negara yang mengatakan, mereka merasa tertekan untuk menyerah pada komitmen yang lebih keras untuk membatasi pemanasan global tak mencapai 1,5 derajat Celsius agar kesepakatan penting tentang dana kerugian dan kerusakan dapat tercapai.

Seorang pejabat iklim Jerman, Jennifer Morgan, mengatakan kepada Reuters bahwa meski COP27 masih belum berkomitmen lebih kuat untuk menahan pemanasan global tak mencapai 1,5 derajat Celsius, pihaknya tetap menyetujui kesepakatan yang ada.

“Kami mengikuti kesepakatan yang ada di sini karena kami ingin berdiri dengan yang paling rentan,” Morgan kepada Reuters.

Ketika ditanya oleh Reuters apakah tujuan dari ambisi melawan iklim yang lebih kuat telah dikompromikan untuk kesepakatan itu, kepala negosiator iklim Meksiko Camila Zepeda menyimpulkan ada suasana kelelahan di antara para negosiator.

“Mungkin. Kamu menang saat kamu bisa,” ucap Zepeda.

Baca juga: Konsumsi Daging Sebabkan Emisi Global Naik? Ini yang Dibahas dalam KTT Iklim COP27

Dana kerugian dan kerusakan

Kesepakatan untuk dana kerugian dan kerusakan menandai kemenangan diplomatik untuk pulau-pulau kecil dan negara-negara rentan lainnya atas Uni Eropa dan AS.

Uni Eropa dan AS telah lama menolak gagasan itu karena takut dana semacam itu dapat membuat mereka bertanggung jawab secara hukum atas emisi yang telah mereka hasilkan di tahun-tahun ke belakang.

Di satu sisi, kekhawatiran Uni Eropa dan AS diredakan dengan bahasa dalam perjanjian yang meminta dana berasal dari berbagai sumber yang ada, termasuk lembaga keuangan, bukan mengandalkan negaranegara kaya untuk membayar.

Utusan iklim dari Kepulauan Marshall Kathy Jetnil-Kijiner mengatakan, dia lelah namun senang dengan persetujuan dana tersebut.

Baca juga: COP27 dan Geopolitik Mineral Kritis

“Begitu banyak orang sepanjang minggu ini memberi tahu kami bahwa kami tidak akan mendapatkannya. Sangat senang mereka salah,” ucap Jetnil-Kijiner.

Akan tetapi, kemungkinan akan memakan waktu beberapa tahun sebelum dana itu ada.

Pasalnya, perjanjian yang hanya menetapkan peta jalan untuk menyelesaikan sejumlah pertanyaan yang masih ada termasuk siapa yang akan mengawasi dana tersebut, bagaimana uang itu akan didistribusikan, dan kepada siapa.

Utusan iklim khusus AS John Kerry pada menyambut baik kesepakatan untuk menetapkan pengaturan untuk menanggapi dampak perubahan iklim yang menghancurkan pada komunitas rentan di seluruh dunia.

Dalam sebuah pernyataan, dia mengatakan akan terus menekan penghasil emisi besar seperti China untuk secara signifikan meningkatkan ambisi mereka.

Baca juga: Sekjen PBB di Konferensi Iklim COP27: Kita di Jalan Tol Menuju Neraka Iklim

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com