Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Gigitan Kering dari Ular Berbisa

Kompas.com - 07/11/2022, 09:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Mothership

KOMPAS.com – Baru-baru ini, muncul kabar seorang bocah di India dalam kondisi baik-baik saja meski digigit ular kobra.

Justru bocah bernama Deepak itu membunuh si ular dengan balas menggigit kobra sebanyak dua kali, sebagaimana dilansir Mothership, Sabtu (5/11/2022).

Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa Deepak mendapatkan "gigitan kering" dari kobra yang berarti gigitan ular itu tidak mengeluarkan racun.

Baca juga: Bocah 8 Tahun Balas Gigitan Kobra, Ularnya yang Mati

Bagaimana penjelasan gigitan kering?

Dilansir dari jurnal Toxins, publikasi ilmiah berjudul Current Knowledge on Snake Dry Bites menyebutkan bahwa ada "gigitan kering" dan "gigitan basah".

Gigitan kering adalah karakteristik di mana tidak adanya racun yang dikeluarkan ular ketika menggigit korbannya. Sedangkan gigitan basah merupakan gigitan ular berbisa yang disertai racun.

Saat menggigit korbannya, banyak ular berbisa dapat menimbulkan ancaman yang serius bagi kesehatan manusia jika gigitannya disertai dengan racun.

Namun, karena manusia terlalu besar untuk dianggap sebagai mangsa, ular berbisa terbesar sekalipun mungkin tidak selalu menyertakan racun ketika mereka menggigit manusia.

Baca juga: Digigit Ular Kobra Saat Kencing, Alat Kelamin Pria Ini Membusuk

Mereka lebih memilih menyimpan racun atau bisa yang mereka miliki untuk dipakai membunuh mangsanya.

Para peneliti dalam jurnal tersebut menuturkan, gigitan kering dapat menyebabkan manifestasi klinis yang serupa dengan gigitan ular tidak berbisa atau hewan lain, termasuk peradangan, infeksi, serta tanda-tanda kecemasan.

Akan tetapi, ada beberapa kasus di mana gigitan basah terhadap korban, gejala-gejala keracunannya tidak langsung terjadi.

Melainkan baru muncul ketika racun yang ditinggalkan oleh ular berbisa mencapai tempat kerja anatomisnya.

Baca juga: Seorang Suami Bunuh Istri dengan Ular Kobra yang Sangat Kelaparan untuk Kuasai Harta

“Sangat penting bahwa petugas kesehatan yang merawat dapat memberikan diagnosis banding yang jelas dari gigitan ular kering dan basah,” tulis para peniliti dalam publikasi tersebut.

Diagnosis tersebut akan menentukan apakah perlu obat anti-racun atau tidak.

“Serta akan membantu menginformasikan petugas kesehatan yang merawat tentang tindakan pendukung lainnya yang mungkin perlu diatur pada waktu yang tepat untuk meningkatkan hasil klinis,” sambung para peneliti.

Para peneliti menambahkan, untuk membantu diagnosis, perlu pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai faktor-faktor terkait gigitan kering atau gigitan basah.

“Yang pada gilirannya, memerlukan studi lebih lanjut dan pengumpulan data epidemiologi seputar gigitan ular berbisa dan tidak berbisa,” pungkas para penliti dalam konklusinya.

Baca juga: Kasus Langka, Penyidik Berhasil Buktikan Pria Ini Bunuh Istri Pakai Ular Kobra dan Beludak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com