PRETORIA, KOMPAS.com - Pemerintah Ethiopia dan pasukan regional dari Tigray akhirnya mencapai kesepakatan damai untuk menghentikan pertemuan, pada Rabu (2/11/2022).
Langkah ini merupakan terobosan diplomatik dramatis setelah dua tahun perang saudara menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang terlantar dan ratusan ribu orang menghadapi kelaparan.
Lebih dari seminggu setelah pembicaraan damai formal yang dimediasi oleh Uni Afrika (UA) dimulai di ibu kota Afrika Selatan, Pretoria, delegasi dari kedua belah pihak menandatangani kesepakatan tentang "penghentian permusuhan secara permanen".
"Kedua pihak dalam konflik Ethiopia secara resmi menyetujui penghentian permusuhan serta pelucutan senjata yang sistematis, tertib, lancar dan terkoordinasi," kata Olusegun Obasanjo, kepala tim mediasi UA sebagaimana dilansir Reuters.
Baca juga: Perang Ethiopia-Tigray: Kronologi, Penyebab Konflik, dan Situasi Terkini
Obasanjo, mantan presiden Nigeria, mengatakan perjanjian itu juga mencakup "pemulihan hukum dan ketertiban, pemulihan layanan, akses tanpa hambatan ke pasokan kemanusiaan, dan perlindungan warga sipil".
Kesepakatan ini semula diperkirakan tidak akan berlangsung secepat ini.
Pada Rabu (2/11/2022), UA sebenarnya telah mengundang media untuk apa yang digambarkan sebagai pengarahan oleh Obasanjo.
Tapi hanya ketika acara dimulai, terlambat sekitar tiga jam dari jadwal, menjadi jelas bahwa gencatan senjata akan segera ditandatangani.
"Momen ini bukanlah akhir dari proses perdamaian. Pelaksanaan perjanjian damai yang ditandatangani hari ini sangat penting untuk keberhasilannya," kata Obasanjo, seraya menambahkan bahwa ini akan diawasi dan dipantau oleh panel tingkat tinggi UA.
Obasanjo, yang mengundurkan diri sebagai presiden Nigeria pada 2007 dan sejak itu menengahi konflik di seluruh Afrika, memuji proses tersebut sebagai solusi Afrika untuk masalah Afrika.
Baca juga: PBB: 108 Warga Tewas dalam Serangan Udara Pasukan Ethiopia di Tigray
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed menyampaikan terima kasih kepada Obasanjo dan mediator lainnya atas kesimpulan dari pembicaraan damai, mengatakan dalam sebuah pernyataan komitmen pemerintah untuk pelaksanaan perjanjian itu kuat.
"Komitmen kami untuk perdamaian tetap teguh. Dan komitmen kami untuk bekerja sama mengimplementasikan perjanjian juga sama kuatnya," kata pernyataan itu di Twitter.
Dalam perundingan di Pretoria, Getachew Reda, juru bicara otoritas Tigray, berbicara tentang kematian dan kehancuran skala luas di wilayah tersebut, dan mengatakan harapannya bahwa kedua pihak akan menghormati komitmen mereka.
Di Washington, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan Amerika Serikat (AS) tetap berkomitmen mendukung proses perdamaian yang dipimpin Afrika untuk Ethiopia.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan gencatan senjata itu merupakan langkah pertama yang disambut baik, yang akan membawa pelipur lara bagi jutaan warga sipil yang menderita dalam konflik tersebut, menurut juru bicara PBB.
Baca juga: AS Hapus Ethiopia, Mali, dan Guinea dari Program Perdagangan Bebas Bea